Senin, 22 Desember 2025

RS Mulai Krisis Oksigen

- Jumat, 25 Juni 2021 | 10:50 WIB

Melonjaknya pasien Covid-19 di Kabupaten Bogor membuat sejumlah rumah sakit mulai penuh. Bahkan, Dinas Kesehatan (Dinkes) membutuhkan pasokan oksigen yang sudah mulai menipis untuk menangani pasien Covid-19 yang terus bertambah. SEKRETARIS Dinkes Kabu­paten Bogor Dedi Syarif mengaku saat ini pihaknya mengalami krisis stok oksigen. Ini dipicu lonjakan pasien Covid-19 yang ditangani em­pat Rumah Sakit Umum Dae­rah (RSUD) sebagai rujukan Covid-19. “Bed Occupancy Rate (tingkat keterisian tempat tidur, red) kita sudah mulai penuh. Kita juga kekurangan oksigen un­tuk pasien Covid-19,” kata Dedi Syarif. Kekurangan oksigen yang merupakan dampak penam­bahan pasien itu adalah ke­butuhan yang harus segera terpenuhi. Dinkes mencatat, oksigen terpakai akibat kete­risian tempat tidur yang men­capai 92,42 persen per Rabu (23/6). Kondisi itu diperparah dengan banyaknya tenaga kesehatan (nakes) yang terpapar Co­vid-19. Tercatat, ada 90 nakes yang terpapar virus memati­kan tersebut. “Nakesnya juga banyak yang terpapar. Bingung juga kita kalau nakes sudah terpapar, siapa yang nangani? Pasien sudah banyak,” ujarnya. Beberapa nakes yang terpapar, di antaranya merupakan pe­tugas yang berdinas di pus­kesmas. Dari informasi yang dihimpun Metropolitan, ada beberapa nakes yang positif. Ini meny­ebar di sejumlah kecamatan. Seperti 18 nakes di Puskesmas Tajur, Kecamatan Citeureup, dan tiga staf Puskesmas Gunungsindur. Terjadinya krisis oksigen juga dialami rumah sakit lain­nya. Sekretaris Jenderal (Se­kjen) Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi), Lia Partakusuma, menyebut sejumlah rumah sakit, teru­tama di Pulau Jawa, banyak melaporkan kekurangan oksigen medis. Meningkatnya jumlah pasien Covid-19 juga meningkatkan kebutuhan oksigen. ”Yogyakarta dan Jawa Tengah itu keterisian rumah sakit sudah 80 persen lebih. Sudah pasti ada rumah sakit yang butuh oksigen lebih dari tiga kali lipat dari kebutuhan awal. Tergantung pasien be­rat yang datang,” kata Lia, Kamis (24/6). Lia menuturkan, berdasarkan laporan dari rumah sakit, su­dah banyak yang mengeluh karena sudah penuh di mana-mana. IGD juga sudah sejak seminggu ini terjadi penum­pukan pasien. ”Banyak tumpukan orang mengantre untuk masuk ru­angan perawatan. Kemu­dian kebutuhan pasokan oksigen juga bermasalah,” terangnya. Sekjen Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Ichsan Hanafi mengatakan, saat ini rumah sakit bukan hanya dihadapkan pada stok oksigen. Tetapi juga masalah harga oksigen medis yang mengalami kenaikan. Beberapa bulan terakhir, ke­naikannya berada di kisaran 10–20 persen. Ichsan menyebut kenaikan harga terutama ter­jadi untuk oksigen tabung. ”Harga oksigen medis me­ningkat sejak beberapa bulan terakhir. Namun, rumah sakit tetap harus membeli oksigen meskipun ada kenaikan har­ga. Sebab, ini menyangkut pelayanan kesehatan,” ujarnya, Kamis (24/6). Ichsan menuturkan, perse­diaan oksigen medis di rumah sakit swasta kian menipis. Hanya cukup untuk perse­diaan beberapa hari ke depan. Hal tersebut terjadi seiring dilakukannya penambahan fasilitas tempat tidur untuk pasien Covid-19. Ia menerangkan sebanyak 60 persen tempat tidur di rumah sakit swasta saat ini digunakan untuk melayani pasien Co­vid-19, sehingga peningkatan kebutuhan oksigen medis bisa mencapai tiga kali lipat dari kondisi normal. ”Distribusi oksigen tersendat karena distributor saat ini mengalami overload. Selain itu, distributornya terbatas. Namun, mudah-mudahan masalah ini bisa teratasi,” ha­rap Ichsan. Menjawab persoalan tersebut, Menteri Perindustrian (Men­perin) Agus Gumiwang, mel­alui keterangan resmi, menga­ku akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah terkait pemutakhiran data kebutuhan oksigen di daerah. Khususnya rumah sakit yang menampung pasien Covid-19. Hal itu di­harapkan bisa memastikan pasokan oksigen sesuai ke­butuhan daerah dan rumah sakit setempat. Berdasarkan data terkini, ka­pasitas produksi gas oksigen di Indonesia 650 juta ton per tahun, sebanyak 300 juta ton per tahun terintegrasi dengan pengguna. Saat ini, utilisasi rata-rata in­dustri gas oksigen sekitar 80 persen karena sangat tergan­tung lokasi. Untuk tahun ini, hingga Juni 2021 tercatat su­dah ada tujuh juta liter oksigen yang dipesan. “Produksi dan distribusi gas oksigen diprioritaskan untuk kebutuhan rumah sakit dan fasilitas kesehatan dalam me­nangani lonjakan kasus Co­vid-19. Gas oksigen untuk kebutuhan industri disalurkan setelah kebutuhan rumah sakit atau fasilitas kesehatan ter­penuhi. Hingga kini penga­turan keduanya masih ter­kendali,” jelasnya. Terpisah, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kabupaten Bogor, Ade Yasin, meminta kerja sama masy­arakat dan unsur pemerintah yang berkaitan untuk tetap menjaga, bahkan memper­ketat protokol kesehatan. “Saat ini kita tugas Satpol PP untuk mengawasi jalannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro di semua wilayah. Kita harus pastikan semua berja­lan semestinya. Mudah-mu­dahan kasus Covid-19 bisa melandai kembali,” harapnya. “Kami imbau masyarakat te­tap menjaga 5M-nya,” pung­kasnya. (mam/bis/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X