Melonjaknya pasien Covid-19 di Kabupaten Bogor membuat sejumlah rumah sakit mulai penuh. Bahkan, Dinas Kesehatan (Dinkes) membutuhkan pasokan oksigen yang sudah mulai menipis untuk menangani pasien Covid-19 yang terus bertambah. SEKRETARIS Dinkes Kabupaten Bogor Dedi Syarif mengaku saat ini pihaknya mengalami krisis stok oksigen. Ini dipicu lonjakan pasien Covid-19 yang ditangani empat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) sebagai rujukan Covid-19. “Bed Occupancy Rate (tingkat keterisian tempat tidur, red) kita sudah mulai penuh. Kita juga kekurangan oksigen untuk pasien Covid-19,” kata Dedi Syarif. Kekurangan oksigen yang merupakan dampak penambahan pasien itu adalah kebutuhan yang harus segera terpenuhi. Dinkes mencatat, oksigen terpakai akibat keterisian tempat tidur yang mencapai 92,42 persen per Rabu (23/6). Kondisi itu diperparah dengan banyaknya tenaga kesehatan (nakes) yang terpapar Covid-19. Tercatat, ada 90 nakes yang terpapar virus mematikan tersebut. “Nakesnya juga banyak yang terpapar. Bingung juga kita kalau nakes sudah terpapar, siapa yang nangani? Pasien sudah banyak,” ujarnya. Beberapa nakes yang terpapar, di antaranya merupakan petugas yang berdinas di puskesmas. Dari informasi yang dihimpun Metropolitan, ada beberapa nakes yang positif. Ini menyebar di sejumlah kecamatan. Seperti 18 nakes di Puskesmas Tajur, Kecamatan Citeureup, dan tiga staf Puskesmas Gunungsindur. Terjadinya krisis oksigen juga dialami rumah sakit lainnya. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi), Lia Partakusuma, menyebut sejumlah rumah sakit, terutama di Pulau Jawa, banyak melaporkan kekurangan oksigen medis. Meningkatnya jumlah pasien Covid-19 juga meningkatkan kebutuhan oksigen. ”Yogyakarta dan Jawa Tengah itu keterisian rumah sakit sudah 80 persen lebih. Sudah pasti ada rumah sakit yang butuh oksigen lebih dari tiga kali lipat dari kebutuhan awal. Tergantung pasien berat yang datang,” kata Lia, Kamis (24/6). Lia menuturkan, berdasarkan laporan dari rumah sakit, sudah banyak yang mengeluh karena sudah penuh di mana-mana. IGD juga sudah sejak seminggu ini terjadi penumpukan pasien. ”Banyak tumpukan orang mengantre untuk masuk ruangan perawatan. Kemudian kebutuhan pasokan oksigen juga bermasalah,” terangnya. Sekjen Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Ichsan Hanafi mengatakan, saat ini rumah sakit bukan hanya dihadapkan pada stok oksigen. Tetapi juga masalah harga oksigen medis yang mengalami kenaikan. Beberapa bulan terakhir, kenaikannya berada di kisaran 10–20 persen. Ichsan menyebut kenaikan harga terutama terjadi untuk oksigen tabung. ”Harga oksigen medis meningkat sejak beberapa bulan terakhir. Namun, rumah sakit tetap harus membeli oksigen meskipun ada kenaikan harga. Sebab, ini menyangkut pelayanan kesehatan,” ujarnya, Kamis (24/6). Ichsan menuturkan, persediaan oksigen medis di rumah sakit swasta kian menipis. Hanya cukup untuk persediaan beberapa hari ke depan. Hal tersebut terjadi seiring dilakukannya penambahan fasilitas tempat tidur untuk pasien Covid-19. Ia menerangkan sebanyak 60 persen tempat tidur di rumah sakit swasta saat ini digunakan untuk melayani pasien Covid-19, sehingga peningkatan kebutuhan oksigen medis bisa mencapai tiga kali lipat dari kondisi normal. ”Distribusi oksigen tersendat karena distributor saat ini mengalami overload. Selain itu, distributornya terbatas. Namun, mudah-mudahan masalah ini bisa teratasi,” harap Ichsan. Menjawab persoalan tersebut, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang, melalui keterangan resmi, mengaku akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah terkait pemutakhiran data kebutuhan oksigen di daerah. Khususnya rumah sakit yang menampung pasien Covid-19. Hal itu diharapkan bisa memastikan pasokan oksigen sesuai kebutuhan daerah dan rumah sakit setempat. Berdasarkan data terkini, kapasitas produksi gas oksigen di Indonesia 650 juta ton per tahun, sebanyak 300 juta ton per tahun terintegrasi dengan pengguna. Saat ini, utilisasi rata-rata industri gas oksigen sekitar 80 persen karena sangat tergantung lokasi. Untuk tahun ini, hingga Juni 2021 tercatat sudah ada tujuh juta liter oksigen yang dipesan. “Produksi dan distribusi gas oksigen diprioritaskan untuk kebutuhan rumah sakit dan fasilitas kesehatan dalam menangani lonjakan kasus Covid-19. Gas oksigen untuk kebutuhan industri disalurkan setelah kebutuhan rumah sakit atau fasilitas kesehatan terpenuhi. Hingga kini pengaturan keduanya masih terkendali,” jelasnya. Terpisah, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kabupaten Bogor, Ade Yasin, meminta kerja sama masyarakat dan unsur pemerintah yang berkaitan untuk tetap menjaga, bahkan memperketat protokol kesehatan. “Saat ini kita tugas Satpol PP untuk mengawasi jalannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro di semua wilayah. Kita harus pastikan semua berjalan semestinya. Mudah-mudahan kasus Covid-19 bisa melandai kembali,” harapnya. “Kami imbau masyarakat tetap menjaga 5M-nya,” pungkasnya. (mam/bis/feb/run)