Senin, 22 Desember 2025

Rasio Tracing Belum Ideal, Bogor Krisis Tim Lacak Virus

- Kamis, 29 Juli 2021 | 10:55 WIB

Masih tingginya kasus positif baru pasien Covid-19 jadi Pekerjaan Rumah (PR) bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor. Ini diperparah dengan perbandingan yang tidak ideal antara banyaknya kasus dengan tracing yang dilakukan petugas. BERDASARKAN catatan Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Kota Bogor, kasus positif hingga Rabu (28/7) tembus di angka 31.787 kasus. Per­soalan cukup pelik lantaran rasio tracing kasus Covid-19 di Kota Bogor masih jauh dari ideal karena keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM). Saat ini, rasio tracing di Kota Bogor masih di angka 1:6. Padahal, idealnya rasio tracing satu kasus dengan 15 tracing kontak erat. Hal itu diungkapkan Wali Kota Bogor, Bima Arya. Menurutnya, Kota Bogor masih harus ker­ja keras agar setidaknya tim tracing yang ada bisa menca­pai rasio tracing 1:8. “Kita kan ada tim tracing unit lacak. Di RT/RW juga. Diper­kuat dengan TNI-Polri. Seka­rang rasio tracing kita 1:6 lah. Masih harus kerja keras supaya kejar rasio 1:8. Kita siap sesu­aikan dengan target provinsi (Jawa Barat, red) lah,” katanya saat ditemui Metropolitan.id di Gedung Wanita Kota Bogor, Rabu (28/7). “Idealnya itu 1:15. Tapi di Indonesia nggak ada lah. Se­karang 1:8 saja sudah bagus,” lanjut Bima Arya. Selain anggota dari pemerin­tah daerah, jelasnya, tim tra­cing juga mendapat bantuan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Sedangkan, para relawan saat ini masih fokus penanganan warga iso­lasi mandiri (isoman) ke­timbang membantu tracing kasus. Berdasarkan data Satgas Covid-19 Kota Bogor, jumlah Satgas Covid-19 tingkat mik­ro sebanyak 1.167 orang. Dengan perincian 30 orang tim lacak di enam kecamatan, 340 orang tim lacak di 68 ke­lurahan, dan 797 orang tim pemantau di tingkat 797 RW. Berdasarkan Instruksi Wali Kota Nomor 188.5/1457-Dinas Kesehatan (Dinkes) Tahun 2020 tentang Pembentukan RW Siaga Covid-19 dan Surat Edaran (SE) Wali Kota Nomor 061/1458/Dinkes tentang pembentukan RW Siaga Co­vid-19, struktur kepengurusan RW Siaga Covid-19 melibatkan unsur pemerintah dan masy­arakat, sehingga memudahkan untuk koordinasi maupun implementasi kegiatan di wi­layah. Dari evaluasi yang ada, tutur Bima Arya, tim tracing menda­pati berbagai kesulitan dalam mendata dan melakukan pe­nelusuran. Di antaranya, me­minta kejujuran dari warga kaitan aktivitas dan kontak eratnya. “Yang sulit itu pendekatan ke warga. Minta kejujuran soal itu. Jadi nggak mudah, apalagi kalau cuma lewat te­lepon. Perlu skill khusus meng­gali data, sehingga kapasitas tracing bisa ditingkatkan,” jelasnya. “Yang pasti fokus kita saat ini ke warga isoman dulu se­karang. Mengurangi angka kematian (isoman, red). Itu jadi prioritas kita,” terangnya. Wakil Wali Kota Bogor, De­die A Rachman, mengakui adanya pelaporan kasus po­sitif masih lambat, kinerja tim lacak dan tim pantau belum mencapai target, serta kurang­nya pengawasan pada masy­arakat yang melakukan iso­lasi atau karantina mandiri di rumah. Jika merujuk pada Instruk­si Wali Kota Nomor 188.5/1457-Dinkes Tahun 2020 tentang Pembentukan RW Siaga Covid-19 maka ada delapan kinerja RW Siaga. Terutama, pengawasan per­gerakan orang, pembatasan pergerakan kelompok rawan, melakukan monitoring dan evaluasi protokol kesehatan pada individu, sosialisasi pro­tokol kesehatan, melarang adanya kegiatan yang men­gumpulkan massa. Lalu, memastikan semua kegiatan dan aktivitas di ma­syarakat menerapkan proto­kol kesehatan, serta memper­cepat pelaporan kasus di masyarakat kepada tim lacak kelurahan dan puskesmas ditindaklanjuti dengan tracing maksimal 2x24 jam. “Poin-poin itu akan terus kita evaluasi dan lakukan per­baikan,” pungkasnya. (ryn/ feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X