Minggu, 21 Desember 2025

Ekspedisi Gerakan Anak Negeri Menyusuri 5.000 Kilometer Jawa-Bali, Dulu Satu Foto Antre 45 Menit, Sekarang: Sepuasnya

- Kamis, 16 September 2021 | 10:10 WIB

Pariwisata Bali babak belur digebuk pandemi Covid-19. Tim Gerakan Anak Negeri merasakan itu sendiri, Selasa (14/9). Jalanan yang biasanya macet, kini sepi. Deretan pertokoan menutup dan mengunci rapat rolling door. Bak kota mati. SUARTA (35) hanya bisa tersenyum kecut ketika ditanya seputar kondisi pariwisata di Bali. Sudah lebih 17 bulan, Bali hidup dalam sunyi. Keramaian di hotel tempatnya bekerja, tidak terlihat lagi. Kedatangan Tim Gerakan Anak Negeri, bisa dibilang penyambung napas. “Hotel ini, satu dari sekian hotel yang masih sanggup beroperasi di Bali. Yang lainnya sudah pada tutup,” ujarnya kepada Radar Bogor yang ikut dalam rom­bongan. ­ Suarta, yang bekerja sehari-hari sebagai resepsionis, mera--sakan betul bagaima­na kondisi Bali, saat marak-maraknya kasus Covid-19. Semua sektor usaha tutup. Termasuk hotel tempat dia bekerja, salah satu hotel bin­tang empat, di jantung area populer: Kuta. Radar Bogor menyaksikan sendiri apa yang diucapkan Suarta. Sepinya wisata Bali sudah terlihat selepas rom­bongan Gerakan Anak Ne­geri meninggalkan Pela---bu­han Ketapang, Banyuwangi, Senin (13/9) malam. Jumlah penumpang kapal feri yang ditumpangi bisa dihitung dengan jari. Tak ada kepadatan. Tim Ge­rakan Anak Negeri yang ber­jumlah 12 orang justru men­jadi kelompok paling ramai. Bahkan, kursi-kursi penum­pang di dalam geladak dibi­arkan kosong. Hanya terlihat sepasang penumpang yang menunggui penyeberangan dari dalam geladak. Perjala­nan lintas laut ini, memakan waktu sekitar 45 menit. Rom­bongan yang dikomandoi CEO Radar Bogor Group sekaligus Inisiator Gerakan Anak Ne­geri, Hazairin Sitepu itu, tiba di Pelabuhan Gilimanuk, Bali sekitar pukul 20.00 WITA. Di sana, tim harus mele­wati pemeriksaan sertifikat vaksin maupun KTP di pintu masuk Bali tersebut. Setelah itu, rombongan langsung menggeber kendaraan menu­ju Kuta, pusat wisata Bali. Dalam perjalanan inilah, kondisi wisata Bali yang ter­puruk terlihat. Deretan per­tokoan, warung makan hing­ga toko suvenir tertutup rapat. Kerlap-kerlip lampu gedung tampak lebih sayu. Hotel-hotel yang masih beroperasi juga sangat terbatas. Salah satunya hotel tempat Tim Gerakan Anak Negeri meng­inap yang berada di Kuta. Tempat yang terkenal seba­gai pusat wisata Bali itu, juga sepi. “Bule” yang biasa lalu-lalang di jalan tak terlihat. Seperti mencari jarum di atas tumpukan jerami. Apakah karena malam hari? Ternyata tidak, keesokan paginya (24/9) juga sama. Pelancong yang terlihat, justru mayoritas wi­satawan lokal. Tim Gerakan Anak Negeri pun mencoba menjelajah tempat wisata lain. Apakah kondisinya sama atau tidak. Tujuan kali ini adalah: Nusa Penida, pulau “surga” di ujung Pulau Bali. Tak sulit men­jangkau pulau tersebut. Rom­bongan hanya perlu menum­pang kapal dari Pelabuhan Pantai Sanur. Banyak kapal speedboat yang berlabuh dan menunggu un­tuk menyeberangkan para wisatawan. Destinasi ke Nu­sa Penida ternyata cukup ramai. Tapi, lagi-lagi didomi­nasi wisatawan lokal. Tam­paknya, momen pandemi menjadi waktu yang tepat bagi warga untuk berlibur tanpa harus takut kerumunan di tempat wisata. Butuh waktu sekitar 50 me­nit untuk sampai ke Nusa Penida. Pemandu yang akan menemani rombongan Ge­rakan Anak Negeri telah menunggu. Ada beberapa pantai yang akan dijelajahi. Dimulai dari Broken Beach. Pantai eksotis dengan peman­dangan tebing berlubangnya. Air lautnya yang jernih mem­buat pengunjung betah ber­lama-lama untuk mengambil foto. Meskipun di lokasi it,u tak bisa dipakai untuk bere­nang karena berada di keting­gian tebing tinggi. “Dinama­kan broken beach (pantai patah/ rusak), karena dibilang pantai tapi gak bisa dipakai mandi,” seloroh Putu Ariawan, Pemandu Tim Gerakan Anak Negeri. Sementara, “patahan” yang dimaksud dari nama itu mengisyaratkan pemandangan sambungan tebing yang patah. Patahannya tepat di bagian tengah, sehingga sebagian air laut bisa masuk melalui celah besar di bawahnya. Kumpulan air itu membentuk pantai di pinggiran sekitar kepungan tebing. Tak jauh dari Broken Beach, rombongan berjalan kaki ke “tebing” eksotis lainnya. Ya­kni Angel Beach. Air laut membentuk tampungan atau kolam air di sela-sela tebing. Pantulan lumut di dalamnya membuat per--mukaan air berwarna hijau. Sedikit kon­tras dengan air laut yang ber­sisian langsung dengan penam­pungan tersebut. “Sebenarnya bisa dipakai mandi. Hanya kalau air laut lagi pasang, airnya naik sam­pai di atas. Permukaannya jadi lebih dalam dan terkadang keruh,” ungkap Ariawan. Penamaan arti malaikat sendiri disebabkan mitos atau penggambaran kolam yang menyerupai bak mandi bida­dari. Warnanya hijau lumut dan berbeda dengan air laut. Ketika air laut sedang pasang, deburan ombak di batu ka­rangnya membentuk tem­pias pelangi yang indah. Setelah menikmati dua pan­tai tersebut, rombongan melan---jutkan perjalanan ke pantai ketiga: Pantai Keling­king. Hanya saja, pantai ini masih berupa tebing tinggi dengan bentuk menyerupai jari manusia. Cukup banyak pengunjung yang datang un­tuk berfoto dengan latar bela­kang tebing Pantai Keling-king. Sama dengan dua pantai sebelumnya, pantai ini juga tidak bisa dipakai mandi. Crystal Bay di pesisir lainnya menjadi destinasi keempat tim Gerakan Anak Negeri. Jaraknya cukup jauh karena harus berpindah dari satu pesisir ke pesisir lainnya. Nyaris sama, pantai dengan pasir putih itu, juga tampak sepi. Hanya beberapa orang yang terlihat bersantai sambil me--nikmati deburan ombak. Dampak pandemi juga sangat terasa di Nusa Penida. Hampir semua warung atau lapak jualan di sekitar tempat wisata, mengibarkan bende­ra putih: tanda menyerah. “Sebelum pan-demi parkir mobil selalu penuh. Spot un­tuk berfoto juga penuh an­trean. Satu orang biasanya bisa menunggu 45 menit hingga satu jam untuk satu kali foto saja,” beber Putu Dedi, salah satu pemandu Gerakan Anak Negeri. “Kalau sekarang bebas mau berapa lama ambil foto, karena sepi dan tidak ada orang,” tuturnya. Bagi warga Bali, saat ini ha­rapan mereka hanya satu. Hidupkan kembali wisata Bali. (mam/d)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X