METROPOLITAN - Kediaman pilot Rimbun Air, Kapten Agithia Mirza, di Kompleks Auri, RT 02/08, Kelurahan Curug, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, mulai didatangi para pelayat pada Kamis (16/9) pagi. Sejumlah karangan bunga dari para rekanan Kapten Agithia Mirza pun mulai terpajang di halaman depan kediamannya, sebagai bentuk ucapan belasungkawa. Pantauan di rumah duka, sekitar pukul 09:30 WIB, puluhan pelayat mulai berdatangan ke kediaman Kapten Agithia Mirza. Baik keluarga hingga kerabat datang untuk mengucapkan belasungkawa. Tak hanya pelayat, sejumlah karangan bunga pun mulai berdatangan. Baik itu dari tempat perusahaannya bekerja hingga para rekanan. Sementara, sebuah tenda sudah berdiri persis di depan kediaman almarhum Kapten Agithia Mirza. Beberapa bangku pun berjajar rapi dari mulai dalam halaman hingga luar rumah. Sebelumnya, jenazah pilot pesawat Rimbun Air, Kapten Agithia Mirza, diperkirakan tiba di rumah duka di Kompleks Auri, RT 02/08, Kelurahan Curug, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, pada Kamis (16/9) malam. Hal itu diungkapkan anak almarhum Kapten Agithia Mirza, Yudhistira. “Target berdasarkan info dari perusahaan itu diusahakan kalau cuaca mendukung (pulang, red) hari ini. Kemungkinan malam,” kata Yudhistira saat ditemui di kediamannya, Kamis (16/9). Namun, Yudhistira mengaku masih menunggu informasi lebih lanjut dari pihak perusahaan yang menaungi almarhum bapaknya, Rimbun Air, terkait kapan kepastian sampai di Kota Bogor. Sebab, informasi terakhir yang didapatnya, usai petugas melakukan evakuasi jenazah bapaknya beserta kedua crew lainnya, cuaca di Papua sedang tidak bagus. “Terakhir saya dapat informasi itu habis evakuasi cuaca buruk. Jadi kondisinya pesawat yang membawa almarhum bapak saya dan crew yang lainnya itu tidak bisa berangkat dari Sigubapa ke Timika. Tapi saya belum dapat informasi yang jauh lagi,” ucapnya. Untuk itu, ujar Yudhistira, pihak keluarga lebih memilih menunggu jasad almarhum dibawa pihak Rimbun Air untuk dibawa langsung ke kediamannya di Bogor. “Kita standby nerima di sini saja, tidak datang ke bandara untuk serah terima. Kita serah terima di rumah saja,” ujarnya. Yudistira mengaku sang ayah sempat melakukan panggilan video dengan sang ibundanya sebelum melakukan penerbangan. Saat itu, sang ayah disebut dalam kondisi mengenakan baju pilot. Ia tak menyangka bahwa hal itu merupakan kenangan terkahir dirinya dengan sang ayah. ”Saya terakhir banget ya ibu saya ini sebelum prepare itu, dia lagi pakai baju (pilot, red) itu video call,” kata Yudistira. Meski begitu, ia mengaku sudah ikhlas dengan kepergian sang ayah yang kini ’terbang’ selamanya. “Insiden tersebut merupakan bagian dari risiko seorang pilot. Kita sudah terima, saya juga pilot saya tahu (risiko, red),” tegasnya. Kabar duka tersebut juga membuat para tetangga ikut merasakan kesedihan. Selama ini, sosok Mirza dikenal sebagai orang yang memiliki jiwa sosial tinggi. Ketua RT setempat, Wahyu, mengatakan bahwa almarhum suka membagikan sembako kepada warga setempat. “Beliau sering membantu warga sekitar, bagi-bagi sembako ke masyarakat yang kurang mampu, ke para janda-janda,” kata Wahyu. Untuk diketahui, Kapten Mirza merupakan mantan Perwira TNI AU. Selama sebelas tahun, Mirza melanglang buana dari Sabang sampai Merauke jadi penerbang TNI AU. Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau), Marsma TNI Indan Gilang Buldansyah, mengatakan bahwa Mirza tercatat bertugas sejak 1986 sampai dengan 1997. Seluruh masa bakti dihabiskan Kepten Mirza di Skadron Udara 6 Pangkalan Udara (Lanud) Atang Sendjaja, Bogor. Menurut Indan, Mirza merupakan lulusan Sekolah Penerbang (Sekbang) TNI AU A-35/ Secapa IDP 3 pada Desember 1986. ”Kapten Agithia Mirza pensiun dari kedinasan TNI Angkatan Udara pada Januari 1997,” tuturnya. (rez/ok/feb/run)