Braakk! Bunyi runtuhan bangunan terdengar keras. Mirip gempa. Seketika, gedung SDN Otista di Jalan Otto Iskandardinata No 78, Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur, ambruk pada Kamis (16/9) siang. Padahal, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor sudah merencanakan untuk segera masuk sekolah lagi. INFORMASI yang dihimpun Metropolitan, bangunan yang tak jauh dari Istana Presiden itu ambruk pada pukul 11:48 WIB. Saat itu, kepala sekolah (kepsek) beserta beberapa guru sedang melaksanakan piket di sekolah. “Kejadiannya cepat. Tiba-tiba ada suara keras seperti gemuruh gempa. Pas dicek ternyata dua ruangan kelas ambruk,” kata Kepsek Otista, Siti Meisyafah, saat ditemui di lokasi kejadian, Kamis (16/9). Beruntung tidak ada korban luka atas kejadian ini. Sebab, jelas Siti Meisyafah, beberapa guru yang piket sedang berada di ruang guru dan ruang kelas menerima kehadiran komite. “Alhamdulillah tidak ada korban luka. Hanya dua ruangan khusus siswa kelas enam rusak berat,” ujarnya. Sejumlah petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor datang ke lokasi kejadian. Menurut Siti, bangunan lapuk jadi penyebab dua ruang kelas di SDN Otista ambruk mendadak. “Memang sudah lapuk. Kepsek yang sebelumnya juga sudah melaporkan (ke Disdik, red),” kata perempuan yang akrab disapa Siti itu kepada wartawan, Kamis (16/9). Perempuan yang baru tiga bulan menjabat kepsek SDN Otista itu mengatakan, ruangan kelas enam tidak digunakan lagi. Bahkan, pihaknya telah memberi tahu di secarik kertas bahwa kelas itu tidak layak digunakan. “Ini dari kemarin-kemarin saya masuk sini (menjabat sebagai kepsek, red), saya sudah tanggap melihat kondisi bangunan yang sudah kurang layak. Maka tidak digunakan lagi,” ucapnya. Karena itu, ia berharap Pemkot Bogor dapat memperbaiki bangunan yang sudah tidak layak di SDN Otista. “Yang rusak berat satu ruangan. Tapi kalau bisa dilihat deretan kelas (di ruangan yang ambruk, red) ini memang sudah harus diperbaiki semuanya,” jelasnya. Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor, Hanafi, memastikan pihaknya akan melakukan perbaikan atas bangunan SDN Otista yang mendadak ambruk. “Yang jelas kita akan melakukan perbaikan,” kata Hanafi saat ditemui di SDN Otista Bogor, Kamis (16/9). Meski begitu, sebelum diperbaiki, perlu ada prosedur yang harus dijalankan. Seperti kepala SDN Otista secara berjenjang melaporkan kejadian tersebut seperti apa dan Disdik secara berjenjang akan melaporkannya ke wali kota. “Kita akan koordinasi dengan TAPD, khususnya Bu Sekda untuk menindaklanjuti ini,” ucapnya. Di sisi lain, Hanafi mengaku pihaknya telah menganggarkan perbaikan tahun depan. Tetapi, anggaran yang disediakan sifatnya hanya perbaikan atap saja. “Sudah kita anggarkan di 2022. Namun, sifatnya hanya perbaikan atap saja. Karena di survei teman-teman kita, di sarpras hanya perbaikan atap sehingga angkanya tidak besar,” imbuhnya. “Dengan kejadian ini juga kita sudah berkoordinasi dengan Dinas PU supaya mereka menilai berapa dan apakah perbaikan dilakukan renovasi atau seperti apa,” ujarnya. Tak hanya itu, bulan ini pihaknya juga sudah merencanakan menggelar sekolah tatap muka. Namun, Hanafi mengatakan bahwa pelaksanaan ini tak bisa asal dijalankan. “Jangan sampai kita emosi menyekolahkan tatap muka, tapi di sisi lain kita jadi korban. Makanya persiapannya jangan sederhana, harus rinci dan jelas,” tegasnya. Proses persiapan untuk mematangkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) itu telah sampai ke tahap verifikasi faktual. Sejumlah sekolah diperiksa di lapangan untuk memastikan kesiapannya menggelar PTM. Hanya saja, kesiapan sekolah-sekolah dalam melangsungkan PTM dibagi empat tahap sekaligus. Kasi Kurikulum SMP Disdik Kota Bogor, Ahmad Furqon, mengaku bahwa Disdik Kota Bogor sudah melakukan persiapan tersebut melalui sosialisasi dan pengecekan ke sekolah-sekolah menggunakan Daftar Periksa. Hasilnya, dikombinasikan dengan persentase vaksin siswa dan vaksin guru. Karenanya, ada nilai kesiapan berdasarkan indikator setelah dikalkulasi dan diurutkan. “Karena keamanan dan keselamatan warga sekolah menjadi prioritas, maka kita lakukan langkah-langkah yang hati-hati. Kita lakukan pemetaan kesiapan sekolah, sehingga hasilnya terbagi menjadi empat tahap. Dengan masing-masing jumlah sekolah yang akan mengikuti tahap itu,” jelasnya seperti dikutip dari Radar Bogor, Kamis (16/9). Secara rinci, ia melaporkan di antaranya, tahap 1 sebanyak 50 sekolah, tahap 2 sebanyak 21 sekolah, tahap 3 sebanyak 29 sekolah, dan tahap 4 untuk 27 sekolah. Setiap tahap itu bakal menjalani verifikasi faktual untuk dipersiapkan menjalani uji coba PTM. “Kita sudah susun instrumen asesmen itu, sudah fix ya. Kita gunakan untuk memverifikasi secara faktual. Dua hari ini (Kamis dan Jumat, red) untuk sekolah-sekolah tahap 1, 50 sekolah sudah diverifikasi faktual, apakah mereka betul-betul siap atau belum,” paparnya. Persiapan yang cukup ketat itu membuat rencana uji coba PTM kembali molor. Furqon memperkirakan, agenda uji coba tampaknya baru bisa terealisasi awal Oktober mendatang. Mereka telah mengambil ancang-ancang untuk itu, dengan memulai kepada 50 sekolah tahap 1. Setelah berlangsung tiga tahap, baru mulai disusul untuk tingkat SD.“Secara umum mereka semua (sekolah, red) sudah siap. Namun, kita (melihat indikatornya, red) cuma siap atau sangat siap. Kita dulukan yang sangat siap saja. Makanya bertahap itu. Karena pada waktunya nanti mereka akan siap semua,” tandasnya. (rez/ rb/feb/run)