Minggu, 21 Desember 2025

Ekspedisi Gerakan Anak Negeri Menyusuri 5.000 Kilometer Jawa-Bali, Bali bak Kota Mati, Malioboro tak Padam oleh Pandemi

- Selasa, 21 September 2021 | 10:10 WIB

Kondisi pariwisata di Bali dan Yogyakarta, ibarat langit dan bumi. Jika di Pulau Dewata bak kota mati, Kota Gudeg seperti tak ada pandemi. EKSPEDISI Gerakan Anak Negeri merasakannya sendiri, ketika tiba di kawasan Malio­boro, Jumat (17/9) malam. Sepanjang kiri-kanan dari dua arah, dipenuhi pedagang. Mu­lai dari warung kuliner, oleh-oleh, hingga pedagang kaki lima. Malioboro ramai pen­jual dan pembeli. Geliat eko­nomi sangat terasa di jantung kota Yogyakarta itu. Berbeda dengan apa yang rombongan Ekspedisi Gerakan Anak Ne­geri saksikan di Pulau Bali: nyaris mati. (berita tentang kondisi Bali, baca edisi Rabu, 15 September 2021). Wisatawan bebas berjalan-jalan sembari menikmati dentingan musik dari musisi jalanan. Sesekali, petugas keamanan mengingatkan pengunjung agar tetap mengenakan masker. Tim ekspedisi menyusuri Ja­lan Malioboro dari ujung ke ujung. Momen makan malam sengaja dilangsungkan di sa­lah satu kawasan populer itu. Sekadar menikmati denyut pariwisata Yogyakarta di tengah pandemi. “Saya sudah menyaksikan bagaimana wisata di Bali se­perti hilang. Hal itu terbalik dengan kondisi Yogyakarta. Seperti tidak ada Covid-19,” ujar Inisiator Gerakan Anak Negeri Hazairin Sitepu di sela-sela menikmati kawasan Malioboro. Semakin malam, suasana kian ramai. Langkah kaki rom­bongan Gerakan Anak Ne­geri makin berat. Bukan ka­rena lelah, tapi tertahan oleh hiburan dari musisi jalanan Malioboro. “Wakil rakyat seharusnya merakyat. Jangan tidur waktu sidang soal rakyat. Wakil ra­kyat bukan paduan suara. Hanya tahu nyanyian lagu setuju,” sepenggal lagu dari Iwan Fals itu, menyemarakkan malam Gerakan Anak Ne­geri di Malioboro. Kota Yogyakarta memang mulai mendapat kelonggaran setelah berada di status PPKM Level 3. Sebelumnya ketika berada di Level 4, lapak-lapak pedagang ditutup. Hanya bisa melayani pesan antar. Sejatinya sebelum tiba di Yo­gyakarta, rombongan Gerakan Anak Negeri lebih dulu mam­pir di Magelang, untuk men­jelajah Candi Borobudur. Namun, kawasan wisata ini ternyata masih tutup. Sama halnya dengan Taman Nasio­nal Baluran, Banyuwangi, yang juga sebelumnya tidak sempat disambangi karena tutup. Namun, yang menjadi pem­beda adalah para pemandu wisata di Candi Borobudur tidak menyerah dengan keada­an. Mereka menawarkan se­jumlah alternatif wisata bagi para pengunjung. Seperti trip ke kawasan Witarka Resto Borobudur. Pengunjung hanya boleh masuk di dalam resto­ran tersebut dengan peman­dangan puncak stupa Candi Borobudur. Sementara, halaman candi sama sekali tak boleh diakses para pengunjung. Pelancong hanya boleh berfoto di hala­man belakang restoran dengan latar belakang puncak stupa Borobudur. “Kami tidak diperbolehkan masuk. Mudah-mudahan pemerintah secepatnya mem­buka kembali Borobudur,” ungkapnya pria yang akrab disapa Bang HS ini, yang sem­pat ingin mengakses tangga pertama Candi Borobudur, namun tetap tidak diizinkan. (mam/d)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X