Sudah setahun lebih restoran legendaris Rindu Alam ditutup. Pada 20 Februari 2020, sejak masa izinnya berakhir, resto yang jadi ikon Puncak-Bogor itu tak lagi dimanfaatkan. Sampai Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat (Jabar) Uu Ruzhanul Ullum melemparkan wacana membukanya kembali. Lantas, apakah usulan itu akan didorong Bupati Bogor Ade Yasin selaku kepala daerah? BUPATI Bogor Ade Yasin mempertanyakan konsep wacana menghidupkan kembali kawasan wisata Rindu Alam Puncak yang digagas Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar. Sebab, kawasan Rindu Alam yang memiliki restoran legendaris itu merupakan salah satu titik kemacetan di wilayah Puncak. “Belum ada koordinasi, dan itu kewenangannya memang ada di provinsi. Silakan saja. Yang penting tidak mengganggu kemacetan lagi karena di situ salah satu biang macet,” kata Ade Yasin kepada wartawan, Rabu (13/10) malam. Disinggung kawasan Rindu Alam akan difungsikan sebagai pusat kuliner, Ade Yasin mengaku belum mengetahuinya. Namun, yang pasti sejak periode gubernur sebelumnya, kawasan Rindu Alam akan dijadikan tempat Ruang Terbuka Hijau (RTH). “Betul, dan itu rencananya dari dulu mau jadi RTH. Makanya tidak diperpanjang (pengelolaan restotan, red). Kalau sudah berubah pikiran, I dont know (saya tidak tahu, red),” ujarnya. Padahal, sebelumnya Wagub Jabar Uu Ruzhanul Ulum ingin kawasan Rindu Alam dibuka lagi untuk pemulihan ekonomi. Gagasan itu ia sampaikan usai meninjau kawasan wisata Rindu Alam, Senin (11/10). “Pemprov Jabar berusaha memanfaatkan kembali daerah wisata Rindu Alam ini untuk meningkatkan PAD (pendapatan asli daerah, red),” ungkapnya. Uu menjelaskan secara teori dan legalitas pemanfaatan kembali area wisata Rindu Alam sangat memungkinkan. Namun, perlu dilakukan hati-hati agar tidak melanggar aturan. Adapun area wisata Rindu Alam ini memiliki tiga tahapan pemanfaatan. Yakni, sebagai restoran wisata, kafe, serta pusat jajan serba ada (pujasera). Uu memastikan arah pengembangan kembali akan memberi manfaat kepada masyarakat sekitar. “Mau pakai yang mana? Kita ambil yang lebih manfaat, lebih maslahat, tidak merugikan, dan juga tidak melanggar aturan yang ada,” kata Uu. Karena itu, ia akan sangat hati-hati saat memanfaatkan aset milik provinsi. Berbeda dengan pandangan Bupati Bogor Ade Yasin. Wakil Bupati Bogor Iwan Setiawan menilai Rindu Alam merupakan warisan sejarah. Tempat ini pertama kali didirikan di 1970-an. Saat itu, restoran tersebut dibangun Letjen TNI Ibrahim Adjie. Restoran yang berdiri di ketinggian 1.444 meter di atas permukaan laut itu berhasil menarik minat pengunjung lokal maupun mancanegara. Tak heran, Rindu Alam menjadi sangat ikonik. “Rindu alam itu kan heritage ya, sejarah. Dari tahun 70-an sudah ada itu. Jadi ikon Puncak juga,” ujar Iwan, Rabu (13/10). Bahkan, mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dikabarkan kepincut dengan salah satu menu di Resroran Rindu Alam. Hal itu semakin membawa nama Rindu Alam dikenal di luar. “Dulu juga nama Puncak sampai ke mancanegara. Obama pernah ngomong, di Puncak itu ada Restoran Rindu Alam.Itu kan jadi mendunia,” ungkapnya. Karena banyak menyimpan kenangan manis, Iwan sangat sepakat jika kawasan Rindu Alam dihidupkan kembali setelah tutup sejak awal 2020. Rindu Alam juga berada tepat di pintu masuk menuju Kabupaten Bogor dari arah Cianjur. Dihidupkannya kembali Rindu Alam akan menjadi gerbang yang cantik bagi siapa pun yang masuk Bumi Tegar Beriman. “Jadi dalam meningkatkan daya tarik wisata, saya atas nama Pemkab Bogor menyambut baik rencana pengembangan kembali rumah makan atau kawasan Rindu Alam. Entah itu jadi tempat wisata kuliner, pusat oleh-oleh, atau lainnya. Jadi masuk Bogor disambut tempat yang asyik,” ungkap Iwan. Menurutnya, rencana tersebut perlu disambut dan diseriusi. Sebab, jika dibiarkan terlalu lama, bangunan yang kini kosong tersebut akan menjadi kumuh. Iwan menilai bangunan yang ada pun masih kuat sehingga tak perlu membangunnya kembali dari awal. “Daripada sekarang dikosongin jadi kumuh, sayang. Padahal tidak perlu dibangun kembali, bangunannya masih kuat. Sekarang pun walau sudah tutup tapi tetap saja jadi tempat nongkrong. Makanya saya setuju kalau pemprov kolaborasi dengan Pemkab Bogor untuk pengembangan kembali tempat wisata Rindu Alam ini. Mungkin konsepnya juga bisa lain dari sebelumnya. Yang penting diaktifkan untuk kembali menjadi destinasi wisata,” ujarnya. Iwan berharap Rindu Alam tidak dihapus namanya. Rindu Alam menyimpan banyak cerita dan kenangan manis tak hanya bagi warga Bogor. “Rindu alam jangan dihapus namanya. Daripada sekarang sayang jadi bangunan kosong nggak terurus. Rindu Alam itu punya histori, ikon Puncak juga. Jadi tempat destinasi wisata sejarah juga bisa,” tandasnya. (rez/fin/run)