Senin, 22 Desember 2025

Kisah Guru Honorer dan Sepeda Motor Listrik Karyanya (1), Yakin Aman setelah Lolos Uji Coba di Tanjakan ‘Maut’

- Selasa, 19 Oktober 2021 | 10:20 WIB

Sudah ratusan pesanan masuk untuk motor listrik dengan kecepatan pengisian baterai setara ponsel karya Wandee Purnomo. Status sebagai guru honorer membuatnya hampir menyerah. JALUR yang dipilih untuk uji coba tak main-main. Tanjakan ‘maut’ di kawasan Bantul, Yo­gyakarta. Tanjakan yang terletak di Jalan Pleret– Pathuk itu rawan kecelakaan. Kelokannya cukup tajam. Jurang di samping tanjakan sudah bak hiasan, pelengkap kekha­watiran pengendara. Itulah yang membuat Wandee Purnomo sempat gamang sebelum menjajal motor listrik karyanya di tanjakan yang umum disebut Tanjakan Cinomati itu. ”Takut sudah pasti, tapi harus tetap diuji coba,” tutur guru sekaligus kepala beng­kel SMK Ki Ageng Pemanahan (SMK KAP), Bantul, Yogya­karta, itu menceritakan kem­bali kejadian tersebut ke­pada Jawa Pos. ­ Kalau tidak, tidak akan di­ketahui kemampuan motor tersebut. Untuk keamanan, dua rekan mengikuti Wandee dengan menggunakan se­peda motor bahan bakar ben­sin. Berjaga-jaga bila motor listrik yang dikendarai Wandee mogok, apalagi melorot ke belakang. Hari H uji coba pun tiba. Wandee melaju dengan mo­tor listrik yang dinamai KAP itu. Menuju tanjakan maut. Ternyata lancar. KAP tancap gas. Kecepatannya mampu menaklukkan Cinomati. Ba­hkan sampai dua kali. Lega, gembira. ”Kemampuan se­peda motor listrik ini sudah aman dan layak,” urainya. Wajar saja, spesifikasi se­peda motor listrik itu cukup gahar untuk kelasnya. Kece­patan maksimalnya mencapai 120 km. Daya baterainya 38 volt dan dalam satu pengisian baterai bisa digunakan untuk menempuh jarak sejauh 30 km. ”Sebenarnya bisa saya bikin sampai kecepatan 120 km,” tuturnya. Namun, dengan berbagai pertimbangan, akhirnya ke­cepatannya diatur maksimal 80 km per jam. Adapun wak­tu pengisian baterainya hanya satu jam. ”Ini memang se­peda motor listrik, tapi pengi­sian baterai rasa handphone,” candanya. Dengan kecepatan pengis­ian baterai itu, sepeda motor listrik KAP tersebut sangat cocok untuk kalangan pe­kerja kantoran. Yang bisa langsung mengisi baterai be­gitu sampai di tempat kerja. Charger-nya juga portabel dan jenisnya memang dipilih yang cocok untuk stopkontak umum. ”Bentuk charger-nya kayak charger laptop,” jelas­nya. Hasil uji coba di Cinomati juga menunjukkan dinamo penggerak dua roda bekerja dengan baik. Dinamo untuk dua roda sepeda motor listrik itu diperlukan untuk mem­perkuat laju di tanjakan. ”Dinamo penggerak ini ber­gantung pada kekuatan bate­rai. Kalau baterai kuat, ya berapa kali pun libas saja,” jelasnya. Penasaran akan kemam­puan sepeda motor listrik KAP tersebut, Jawa Pos mencoba­nya secara langsung dengan berkeliling. Gasnya sangat responsif, bahkan terasa ber­tenaga. Yang bikin nyaman, joknya lebar dan empuk. Setangnya juga cukup nyaman dikenda­likan. Hanya, kalau untuk orang yang berbadan bongsor, mun­gkin sepeda motor listrik itu tidak bisa digunakan berbon­cengan. Tapi, untuk yang berbadan kurus, jelas cocok. ”Prototipe yang ini sebenarnya masih dalam penyempur­naan,” tutur Wandee kepada Jawa Pos. Untuk membuat sepeda motor listrik itu, banyak tan­tangan yang dihadapi. Dia memulainya pada Mei 2021. ”Karena ada instruksi dari Kemendikbud agar setiap SMK memiliki produk yang men­jadi ikon. Ikon yang dibang­gakan dan memiliki daya jual tinggi,” tuturnya. Sebelum sepeda motor list­rik, Wandee memang sudah tebersit ide membuat video­tron alias media yang menam­pilkan video dengan meng­gunakan teknologi light emitt­ing diode (LED). Sebab, hingga saat ini belum ada SMK yang memiliki spesialisasi dalam hal tersebut. Karena posisi SMK KAP yang berada di sekitar tempat wi­sata seperti Pantai Parangtri­tis, potensi iklan cukup besar. Videotron layak secara bisnis. ”Tapi, modal untuk mem­buat videotron terlalu besar. Setelah disurvei, bisa menca­pai Rp1,5 miliar untuk video­tron yang ukurannya sedang,” urainya. Pencarian produk ikon un­tuk SMK KAP yang ramah kantong terus dilakukan. Se­kolah tersebut kemudian be­kerja sama dengan PT Chikal Bakal Mandiri (CBM) untuk bisa membuat produk ikon bagi SMK KAP. ”Tapi, kesepa­katan ini sifatnya umum. Be­lum tahu produk apa yang akan dibuat,” jelasnya. Kerja sama dengan perusa­haan tersebut merupakan anjuran dari Kemendikbud. Setiap SMK sebaiknya memi­liki kerja sama dengan peru­sahaan yang seirama dengan bidangnya. ”Bidang mekatro­nika itu ada di perusahaan ini. Itu salah satu jurusan di SMK KAP,” terangnya. Dengan diskusi dari PT CBM itulah mulai tercetus sejumlah ide. Sampai akhirnya dipilih sepeda motor listrik. Kebetu­lan, salah seorang petinggi PT CMB bernama Dedi Swas­tika memberikan informasi ada rekannya yang memiliki hobi merangkai sepeda motor listrik. ”Saya main lah ke rumah Pak Deni, rekan Pak Dedi Swastika,” tuturnya. (feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X