Senin, 22 Desember 2025

Tiap Menit Tanah Bergerak

- Selasa, 2 November 2021 | 10:50 WIB

Puing bangunan rumah masih berserakan di Kampung Babakan, Desa Harkatjaya, Kecamatan Sukajaya. Fenomena tanah bergerak membuat sebagian rumah warga di sana rusak. Sejumlah rumah ada yang terlihat tak berpenghuni. Dan sebagian lainnya masih ditempati, walau bekas retakannya masih terlihat jelas. RT 01/03 merupakan salah satu wilayah yang terkena dampak pergerakan tanah. Saat musim hujan seperti se­karang, rasa waswas kerap menghantui aktivitas warga di sana. Jumat (29/10) pekan lalu saja, ada 32 rumah yang kena dampak tanah bergerak. ”Ada 35 KK dan 119 jiwa yang ter­dampak,” tutur Sekretaris Kecamatan Sukajaya, Tirta Juwarta, kepada Metropolitan, Senin (1/11). Dari data yang dihimpun, sebanyak 13 rumah yang ter­dapat 14 Kepala Keluarga (KK) di dalamnya terpaksa harus mengungsi karena khawatir terjadi bencana pergeseran tanah susulan saat hujan tu­run di Kampung Babakan. ”Ada Kelompok Siaga Ben­cana (KSB) dari kecamatan yang mendirikan tenda di daerah yang aman untuk warga yang mengungsi,” sam­bung Tirta. Fenomena tanah bergerak di Desa Harkatjaya pun terus meluas. Jumlah warga terdam­paknya bertambah seiring pergerakan tanah yang me­lebar. Jika sebelumnya pada 30 Oktober ada 13 rumah yang mengalami rusak berat, saat ini rumah rusak akibat tanah bergerak bertambah menjadi 15 rumah. Belum lagi dengan tambahan rumah rusak ring­an yang mencapai 23 rumah. “Kalau mengacu pada data 30 Oktober, totalnya ada 14 KK dengan 46 jiwa di dalam­nya. Sementara jumlah rumah dengan kerusakan sedang terdapat 13 rumah diisi 13 KK dengan 48 jiwa, terdapat juga enam rumah terdampak diisi delapan KK dengan 25 jiwa,” paparnya. Saat ini, jumlah warga ter­dampak juga meningkat. Ke­pala Desa Harkatjaya, Neneng Mulyati, mengatakan bahwa rumah warga rusak berat se­kitar 15 rumah dan rusak se­dang sekitar 23 rumah. Per­geseran tanah hingga kini masih terus terjadi, bahkan semakin melebar. ”Tanah bergeser makin me­lebar. Tapi sekarang alham­dulillah bantuan (logistik, red) dari mulai dua hari ini sudah masuk ya, dari mulai pak ca­mat, dari teman-teman ke­pala desa, dari Kampung Siaga Bencana. Dan Insya Allah siang ini ada bantuan yang turun dari rekan-rekan,” harapnya. Neneng mengaku warganya berharap bisa segera direlo­kasi dari tempat tersebut. Namun, harus ada kajian tim Badan Penanggulangan Ben­cana Daerah (BPBD) Kabu­paten Bogor dan tim Geologi. “Nanti kita akan konsultasi dulu dan akan dikaji lagi,” ujarnya. Pusat Vulkanologi dan Mi­tigasi Bencana Geologi (PVMBG) sebelumnya pernah meneliti tentang kondisi tanah di Sukajaya. Hasilnya, wilay­ah-wilayah yang kerap men­galami pergerakan tanah umumnya perbukitan ber­gelombang berupa lereng agak sampai sangat terjal. Pada beberapa tempat hampir tegak dengan kemiringan nyaris 90 derajat. Gerakan tanah umumnya terjadi pada lahan berupa ladang, kebun campuran, lahan kosong di sekitar per­mukiman, dan lahan belukar di sekitar lereng di atas atau bawah tubuh jalan. Menjadi tak mengejutkan karena ber­dasarkan Peta Zona Keren­tanan Gerakan Tanah Kabu­paten Bogor, Sukajaya terma­suk zona kerentanan gerakan tanah menengah-tinggi. “Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hu­jan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali,” ungkap Ke­pala PVMBG, Kasbani, saat bencana awal 2020 terjadi di Sukajaya. Iyus, warga asli Kampung Babakan, mengaku kerap khawatir jika hujan deras mengguyur kampungnya. Sebab, kondisi tanah tempat tinggalnya bisa semakin parah. ”Setiap hari ada pergerakan tanah. Bahkan istilahnya tiap menit itu tanahnya bergeser,” ungkap Iyus kepada wartawan, Senin (1/11). Jika hujan turun, warga se­kitar lokasi kejadian men­gungsi ke rumah tetangganya yang lebih aman. Atau men­gungsi di posko pengungsian yang disediakan tenda pen­gungsian. ”Kita kalau ada hujan, kita mengungsi. Tidak menempati rumah sendiri karena takut dan khawatir. Soalnya kan kalau hujan itu drastis perubahannya,” kata Iyus. Untuk bantuan logistik, Iyus menyampaikan bahwa para korban bencana sudah menda­pat bantuan logistik. Namun, ia meminta pemerintah me­lihat langsung kondisi yang terjadi di Kampung Babakan. ”Jangan hanya melihat kabar berita saja, lebih baik turun ke lapangan biar lebih jelas. Kami mengharapkan keda­tangannya,” pinta Iyus. Senada dengan Iyus. Warga korban lainnya, Eli, menyebut pasca-kejadian itu ibunya (Jenah, red) diungsikan ke rumah saudaranya ke daerah yang lebih aman. ”Saya juga kalau hujan mah ngungsi ke rumah tetangga. Saya masih takut, soalnya saya juga panik, di sini saudara pada jauh,” katanya. Eli menyampaikan harapan­nya kepada pemerintah dapat membantu penggantian ru­mahnya yang saat ini kondisi­nya rusak parah. Eli mengaku tidak menginginkan Hunian Sementara (Huntara). ”Saya mah harapannya dapat peng­gantian rumah dari pemerin­tah. Huntara itu kan hanya sementara saja. Saya harapan ke pemerintah diganti rumah lagi,” harap Eli. Sekcam Sukajaya memasti­kan telah mendirikan posko bantuan bagi warga yang ter­dampak pergeseran tanah. Namun, untuk relokasi, pi­haknya belum bisa memberi kepastian. ”Kami sudah men­dirikan posko bantuan oleh relawan dari pihak kecamatan, polsek, juga dari BPBD Kabu­paten Bogor sudah turun. Masalah relokasi permanen untuk warga, belum ada ren­cana. Karena dari bencana 2020 pun kita masih belum punya jawabannya,” tegas Tirta. Kasus tanah bergerak juga terjadi di Kampung Tegal Sempur, Desa Lulut, Kecama­tan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Tiga orang mengalami luka-luka akibat fenomena tanah bergerak. Salah satu korban merupakan bayi be­rusia empat bulan. Kabid Kedaruratan dan Lo­gistik BPBD Kabupaten Bogor, Aris Nurjatmiko, mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi pada Sabtu (30/10). Pergese­ran tanah disebabkan curah hujan tinggi dan disertai angin kencang yang melanda wilayah tersebut. ”Kami terima laporannya hari Minggu kemarin. Krono­loginya akibat hujan deras dengan durasi cukup lama dan angin kencang, sehingga mengakibatkan pergeseran tanah,” terang Aris, Senin (1/11). Dari kejadian itu, satu rumah warga yang dihuni tiga KK dengan sebelas jiwa rusak sedang. Kemudian, terdapat tiga korban yakni NA (10) mengalami luka robek bagian pelipis wajah, LA (35) luka ringan lebam di bagian tangan, dan SIO yang masih berusia empat bulan mengalami luka ringan tergores di bagian ke­pala. ”Untuk korban NA sudah dirujuk dan masih dirawat di RS Sentra Medika,” tambah Aris. Saat ini, untuk rumah yang terdampak dalam kondisi terancam namun masih di­huni pemiliknya. Tetapi, BPBD sudah meminta apabila di­guyur hujan deras agar se­gera melakukan evakuasi mandiri. ”Dikhawatirkan hujan deras turun kembali, area tanah akan terus berge­ser dan perlu penanganan segera serta lebih lanjut oleh pihak terkait,” pungkasnya. (ads/far/d/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X