Senin, 22 Desember 2025

Kisah Inspiratif Septi Olah Garam Laut Jadi Produk Kecantikan, Pilih Berhenti Jadi PNS demi Bangun Bisnis Garam Mandi

- Rabu, 10 November 2021 | 10:30 WIB

Garam laut kaya manfaat. Bukan hanya untuk urusan dapur tapi juga bisa diolah jadi bahan kecantikan. Ini pula yang dilakukan Septi Ariyani, salah seorang pengolah garam menjadi produk kecantikan dan spa. Penasa­ran? Seperti apa ya. SECARA geografis, wilayah Pantai Ut­ara Cirebon sangat potensial untuk produksi garam. Sayangnya, usaha pe­tambak garam rakyat seba­gian besar masih berupa garam krosok. Garam rakyat tersebut hanya dimanfaatkan untuk konsumsi atau pengawet produk perikanan. Harga jualnya yang relatif rendah, belum mampu mengangkat harkat hidup petaninya.­ “Saya kasihan Mas, garam itu dari petani sangat murah. Malah pernah pas tahun 2011 harganya hanya menyentuh Rp200 sampai Rp300 per kilogram. Sedangkan kita tahu proses petani mengolah untuk akhir­nya menjadi garam itu tidak mudah,” ungkap Septi Ari­yani, Jumat (5/11). Kondisi umum para petani garam itulah yang menjadi latar belakang Septi terjun ke dunia garam. Ia, yang pada waktu itu masih tercatat se­bagai pegawai di Dinas Kel­autan dan Perikanan, bertekad ingin memberdayakan para petani garam di Kabupaten Cirebon, khususnya di Desa Grogol, Kecamatan Gunung­djati, tempat lokasi usahanya sekarang. Bermodal pengalamannya sebagai pendamping program Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGaR) Kemente­rian Kelautan dan Perikanan, ia termotivasi memperbaiki nasib petani garam di Cirebon. Alumni Perikanan Univer­sitas Brawijaya Malang itu berupaya mencari jalan ino­vasi. Hingga suatu ketika, berkat mencoba dan meman­faatkan informasi dari inter­net, ia menemukan inovasi pemanfaatan garam. Rasa penasarannya semakin kuat saat ia bersama para istri petani garam membuat Bomb Salt, yaitu campuran garam dan gabungan beberapa bahan yang dipadatkan. Disebut bom karena jika mengenai air re­aksinya seperti bom, berbuih dan larut. Semenjak mema­hami reaksi kimia ini, ia terus searching untuk mengetahui garam bisa dimanfaatkan apa saja lagi. “Ternyata garam itu luar biasa lho, bisa dibuat jadi macam-macam. Salah satunya garam mandi. Di USA sana, masyarakatnya sudah bisa buat secara mandiri garam mandi,” kata perempuan 40 tahun itu. Karya inovasi Septi disambut baik orang-orang sekitar. Ba­nyak testimoni positif yang ia terima diikuti dengan repeat order dari teman-teman yang sudah mencoba produknya. Hal itu semakin membulatkan tekadnya menambahkan ni­lai ekonomi (value added) dengan kreasi dan mengembangkan produk olahan ga­ramnya. Pada 2016, Septi memutuskan berhenti dari Dinas Kelautan dan Perikanan. Ia ingin me­miliki kelonggaran dan kelelu­asaan waktu untuk berkreasi dan mengembangkan garam menjadi produk kecantikan dan spa yang kaya akan man­faat kesehatan. Berdirilah Rama Shinta The House of Salt, yang fokus pada pengembangan garam kosmetik kesehatan dan ke­cantikan. Septi menyadari yang ia ha­silkan merupakan produk kesehatan berhubungan langs­ung dengan tubuh pemakai­nya. Perlu menyesuaikan standar dengan ketentuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dipastikan garam mandi yang ia pro­duksi sudah memenuhi stan­dardisasi BPOM serta tidak mengandung bakteri bahaya serta jamur. Masa panen garam untuk kosmetik memiliki durasi yang lebih panjang dibanding un­tuk garam konsumsi biasa. Garam dibuat padat dengan kualitas tinggi, hingga me­nyisakan kadar air hanya 0,05–0,5 persen. Selanjutnya, proses pembuatan garam mandi sama seperti garam konsumsi. Mulai dari tahapan pengendapan, penyaringan, penje­muran, pengeringan awal, sortir, pencampuran, hingga packaging dan siap dipasar­kan. Hanya saja, prosesnya harus memerhatikan standar kesehatan dan kebersihan. “Karena garam yang kita produksi peruntukannya buat kosmetik, jadi tempat produksi pun gak bisa sem­barangan, harus bersih bang­et dan mengikuti standar BPOM,” jelasnya. Pemilik usaha dengan user­name instagram @ramashin­tarumah_garam ini telah berhasil mempekerjakan dan memberdayakan 50-an pe­tani garam di Kabupaten Ci­rebon. Bersama Lembaga Pengelola Modal Usaha Kel­autan dan Perikanan (LP­MUKP), Septi berkomitmen terus melakukan inovasi mengembangkan usahanya guna menyesuaikan kondisi pasar. “Nasib generasi kita di tangan kita. Semangat buat meman­faatkan banyak peluang, se­perti saat ini, dengan adanya media sosial kita bisa man­faatkan itu. Bahkan, hanya dengan memakai daster, kita bisa jalankan bisnis,” seloroh­nya. (jp/feb/run) 1

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X