Senin, 22 Desember 2025

Kisah Zainal Bangun Komunitas E-Sports Sembari Mengajar dan Berbagi, Main Gim Bukan Berarti Akademik Tertinggal

- Jumat, 19 November 2021 | 10:30 WIB

Membahas e-sports, umumnya yang muncul di benak adalah remaja asal kota besar dari kalangan menengah ke atas yang tergabung dalam sebuah tim e-sports papan atas. Meski benar, stigma itu terbukti tidak berlaku secara merata. BEBERAPA putra daerah yang tidak ber­domisili di kota besar pun ikut menyemarak­kan e-sports yang kian menjamur di Tanah Air. Beberapa di antara mereka bahkan sudah membangun komunitas sendiri untuk memfasilitasi para gamer di sekitar mereka. Salah satunya adalah Zainal Abidin, mahasiswa semester tujuh jurusan Teknik Mesin Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy), Jombang, Jawa Ti­mur. Zainal, yang sejak tingkat satu sudah mendirikan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Esports, kini telah menjadikan UKM E-sports tersebut seba­gai salah satu skuad yang diperhitungkan dalam kom­petisi e-sports tingkat pergu­ruan tinggi. Zainal yang sekarang men­jabat menjadi manajer UKM Esports di Unhasy mengung­kapkan impiannya untuk mengubah stigma masyarakat mengenai game dan mem­berikan bukti nyata bahwa kesuksesan hidup bisa diraih melalui bermain game. “Saya memang menyukai bermain gim, tetapi saya lebih banyak menyenangi aspek organisasi. Inilah yang mem­buat saya menjadi manager tim UKM Esport Unhasy, un­tuk mendukung teman-teman,” ujar Zainal. “Saya terus mendampingi, mendukung, dan memberi motivasi seluruh tim untuk belajar bersama-sama, dan kami tentunya sangat ter­buka dengan mahasiswa yang ingin belajar mengenai e-sports. Tim kami bahkan rata-rata banyak yang sebelumnya belum pernah bermain atau mengikuti klub, tapi seman­gatnya dapat dipuji,” sambung Zainal. Lewat konsistensinya, Zainal menuturkan, jumlah ang­gota timnya terus bertumbuh hingga ratusan orang. Me­reka dan bahkan memenangi salah satu pertandingan e-sports bergengsi, yakni LIMA Esports 2021 Free Fire Natio­nals. “Melihat perjalanan ke bela­kang, tentu saya sangat bang­ga dengan posisi kami saat ini,” ujarnya. Zainal mengakui memiliki beragam strategi untuk mendo­rong tumbuhnya UKM Esports tersebut, salah satunya lewat komunitas. “Namanya unit kegiatan mahasiswa, pasti ada momen naik dan turunnya, tetapi saya bersyukur bisa membangun komitmen teman-teman terutama yang ingin menjadi pro-player, karena diperlukan pelatihan yang berbeda,” lanjutnya. Untuk mengasah kemam­puan timnya, Zainal tidak segan untuk mengundang pemain pro nasional untuk berbagi ilmu kepada anggota timnya. “Saya juga mendorong ang­gota untuk dapat minimal bergabung dengan komunitas Free Fire di sekitar mereka. Karena, menjadi pro player harus mempunyai sikap dan etos yang baik, dan harus bisa menjadi contoh bagi at­let dan pemain Free Fire lain­nya,” ujarnya. Zainal juga menuturkan bahwa jago bermain gim bu­kan berarti akademik terting­gal. Malah menurutnya, ber­main gim dan bersekolah dapat berjalan dengan seimbang. “Kita lihat sekarang bahkan e-sports sudah bisa menjadi sebuah karier,” kata Zainal yang saat ini sedang berkutat mengerjakan tugas akhir. Di luar kegiatannya sebagai pegiat e-sports, Zainal kini berstatus sebagai guru SMK Matsna Karim di Jombang. Ia mengajar kelas Otomotif. Di dalam kelas, Zainal juga kerap berbagi mengenai e-sports kepada anak-anak didiknya. “Berbagi adalah passion saya, baik itu dalam bentuk menga­jar ataupun membangun komunitas di UKM Esports saat ini. Nilai ini tentunya sejalan dengan nilai-nilai po­sitif yang dibawa Free Fire, terutama dalam membangun komunitas e-sports. Saya ber­harap setelah lulus dapat terus berbagi dan berkontri­busi bagi banyak orang, teru­tama menekuni pekerjaan saya saat ini sebagai guru,” tutupnya. (jp/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X