Senin, 22 Desember 2025

Pengalaman Tri Raharjo Rawat Anggrek, Semakin Langka dari Hutan Lebih Prestise

- Selasa, 7 Desember 2021 | 10:20 WIB

Anggrek selalu memiliki penggemar. Namun, tak sedikit yang kelimpungan karena ‘sikap’ tanaman cantik itu. Entah karena tanaman yang berkerut atau diserang hama. KELUARGA anggrek atau Orchidaceae punya sebaran yang luas di tanah air. Ada yang sudah dibudidayakan. Namun, jumlah anggrek liar –yang biasa diperjualbelikan sebagai cabutan– juga tak kalah melimpah. Nah, pekebun anggrek Anton Tri Raharjo menuturkan, jika ingin mengoleksi, tanaman yang dipilih sebaiknya bukan cabutan. Sebab, peluang ber­tahan hidup anggrek cabutan relatif rendah. ”Apalagi, kalau cabutannya dari tempat beda. Contoh, anggrek dari hutan pegun­ungan dibawa ke dataran rendah. Tumbuhnya bakal kurang bagus,” tegasnya. Teru­tama jika tanaman cabutan masih kecil dan diboyong tanpa media tanam aslinya. Pemilik penangkaran dan budi daya anggrek Balelawang itu menilai, kesulitan beradap­tasi memang tak membuat tanaman anggrek langsung mati. Namun, penampilannya kurang prima. Misalnya, ba­gian batang berkerut dan daun tak mengilap. Selain sulit beradaptasi, ta­naman cabutan berisiko mem­bawa hama dari tempat asal­nya. ”Kadang penyakit yang dibawa ini nggak familier atau nggak ada di tempat kita dan bisa menulari lainnya,” ungkap Anton. Berdasar pengalamannya, anggrek yang diambil dari alam sering kali tak melalui pengecekan yang baik. Sete­lah datang, anggrek jarang dikarantina. Ia malah kadang dicampur dengan tanaman lain. Sama dengan tanaman hias lainnya, anggrek punya be­berapa hama langganan. Ada yang memang spesifik meny­erang anggrek. Namun, ada juga yang datang karena ta­naman di sekitarnya. ”Seperti cabuk (mealybugs), kadang datang kebawa angin, lalu menempel ke anggrek. Atau semut. Sebab, di ling­kungan sekitarnya memang banyak semut,” jelas Anton. Ia menyatakan, memiliki jenis langka –biasanya dari hutan– adalah prestise bagi sebagian penyuka anggrek. Namun, Anton menuturkan bahwa pemilik harus cermat. Ketika dibeli, anggrek sebaiknya da­tang dengan media aslinya. Misalnya, dahan yang ditem­peli ikut dibawa. Ukurannya pun sebaiknya tak terlampau kecil. Dengan begitu, daya tahannya lebih baik. Anton menjelaskan, buat pe­mula, sebaiknya anggrek ca­butan (terutama yang belum didomestikasi) dan hybrid dihindari. Pria yang bermukim di Umbulharjo, Sleman, itu menilai bahwa anggrek hibri­da dikembangkan di ling­kungan tumbuh yang dikon­trol. ”Daya survive-nya kurang baik. Beberapa jenis juga didesain untuk berbunga dua sampai tiga kali, lalu tumbuhnya kurang bagus,” pesannya. (jp/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X