METROPOLITAN - Pascaerupsi Gunung Semeru, jumlah warga terdampak terus bertambah. Data terakhir tercatat mencapai 5.205 orang, dengan korban jiwa 22 orang. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan, jumlah tersebut berasal dari dua kecamatan yang terdampak langsung. ”Jumlah itu total dari dua kecamatan terdampak langsung guguran awan panas dan delapan kecamatan terdampak debu vulkanik,” terang Abdul. Sebanyak 2.004 orang tengah mengungsi yang tersebar di 19 titik. Rinciannya, 1.136 orang mengungsi di enam titik di Kecamatan Candipuro, 305 orang mengungsi di sembilan titik di Kecamatan Pronojiwo. ”Kemudian 563 orang mengungsi di empat titik di Kecamatan Pasirian,” tutur Abdul. Abdul menyebut masih ada 27 korban hilang. Tim di lapangan terus memasifkan upaya untuk menemukan seluruh korban hilang. Sedangkan, jumlah korban jiwa bertambah per hari ini. Total sebanyak 22 orang meninggal akibat bencana alam itu. ”Terdiri dari 14 korban jiwa di Kecamatan Pronojiwo dan delapan korban jiwa di Kecamatan Candipuro,” kata Abdul. Abdul memerinci, lima dari 14 korban jiwa di Pronojiwo belum teridentifikasi. Terdiri dari dua korban jiwa di RSUD Pasirian dan tiga korban lainnya ditemukan di RT 16/05, Curah Kobokan, pada pukul 14:15 WIB. ”Sembilan korban jiwa di Pronojiwo lainnya sudah dimakamkan,” paparnya. Sementara itu, satu dari delapan korban jiwa di Candipuro belum teridentifikasi. Korban ditemukan di Kebondeli Selatan pada pukul 15:45 WIB. ”Jadi tujuh orang sudah teridentifikasi dan sudah dimakamkan,” ungkapnya. Sementara itu, pakar dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menyebut adanya potensi bencana susulan usai terjadinya erupsi. Dosen Fakultas Geografi UGM Danang Sri Hadmoko mengatakan, bahaya sekunder yang dimaksud seperti banjir bandang yang membawa material vulkanik di daerah hulu. “Desember, Januari, dan Februari perlu memerhatikan potensi aliran lahar dan erupsi susulan,” katanya dalam keterangan tertulisnya, Senin (6/12). Hadmoko mengungkapkan adanya fenomena La Nina memunculkan potensi hujan dengan intensitas lebat. Masyarakat, terutama di area sungai berhulu Gunung Semeru, pun perlu meningkatkan kewaspadaan. “Perlu ada kewaspadaan terhadap beberapa sungai berhulu Semeru,” imbaunya. Selain itu, ada potensi material yang masih panas saat ini sehingga proses evakuasi perlu dilakukan secara hati-hati. Warga juga diimbau memakai masker dan kacamata pelindung untuk menghindari dampak abu vulkanik. Sebab, abu vulkanik ini mempunyai kandungan silika dan berukuran mikro yang bisa membahayakan kesehatan. Mengenai status kewaspadaan, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Andiani mengaku pihaknya belum akan meningkatkan status Gunung Semeru pascaerupsi yang terjadi Sabtu (4/12). ”Status waspada Gunung Semeru sudah ditetapkan sejak 12 Mei 2012. Status ini belum kami rasa untuk ditingkatkan, tapi belum kami rasa juga diturunkan,” kata Andiani dalam konferensi pers secara virtual di kanal YouTube Kementerian ESDM, Senin (6/12). Berdasarkan catatan PVMBG, setiap hari ada letusan atau erupsi dengan jumlah rata-rata 25 kejadian. Namun, erupsi 4 Desember lalu merupakan yang terbesar dalam beberapa waktu terakhir. Andiani juga mengaku pihaknya terus memantau potensi erupsi Gunung Semeru. Ia mengatakan, potensi erupsi itu terjadi karena ada pergerakan energi dari dalam gunung. ”Potensi erupsi terjadi karena ada pergerakan energi dari dalam gunung, ada pergerakan magma. Salah satunya itu bisa gas, material-material, sehingga proses itu sangat dipengaruhi dari dalam,” tandasnya. (cn/feb/run)