Bangunan usang di kawasan Terminal Bubulak masih jadi kantor Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT). Kondisinya tak seperti kantor Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) lainnya. Terlihat gelap, kotor, dan tidak terawat. KAMIS (16/12) siang, kantor PDJT Kota Bogor mendadak didatangi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bogor. Komisi II melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke kantor yang baru punya direktur anyar. Ketua Komisi II DPRD Kota Bogor Rusli Prihatevy dan jajarannya dibuat kaget dengan kondisi kantor pelat merah yang tidak terurus. Sampai-sampai, Rusli menyeletuk mirip kandang ayam. “Saya sangat terkejut melihat kantor PDJT yang harusnya merepresentasikan perusahaan pemerintah. Malah terlihat seperti kandang ayam yang tidak terawat dan tidak terurus,” kata ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Kota Bogor itu. Rusli bersama Sekretaris Komisi II DPRD Kota Bogor Lusiana Nurissiyadah dan anggota lainnya, Safrudin Bima, Mahpudi Ismail, dan Ujang Sugandi menjelajah ruangan di kantor PDJT. Salah satu ruangan yang disambangi para anggota DPRD Kota Bogor itu terlihat banyak sampah dan debu. Bahkan, listrik pun tidak mengalir, sehingga menyebabkan ruangan terlihat gelap gulita. Rusli juga mengungkapkan bahwa berdasarkan laporan dari salah satu karyawan yang ada di kantor PDJT, bahwa direktur anyar PDJT baru sekali saja menyambangi kantor tersebut. Hal itu menambah rasa kekecewaan para anggota legislatif Kota Bogor. “Seharusnya, direktur baru itu langsung berbenah. Masa ke kantor saja cuma sekali. Kalau dari dalamnya dan kondisi kantor saja sudah tidak benar, gimana nanti ke depannya,” tegas Rusli. Sementara itu, salah satu sopir Biskita Trans Pakuan yang berada di kantor PDJT, Budi, mengeluhkan kepada para wakil rakyat itu bahwa ia belum menandatangani kontrak kerja. Padahal, sejak kemarin, ia sudah ditugaskan menjadi sopir Biskita Trans Pakuan Koridor 1. Tak hanya Budi, ia mengaku ada 45 sopir lainnya yang belum tanda tangan kontrak kerja. “Seleksi semua sudah selesai, sudah dipekerjakan, tapi kami belum tanda tangan kontrak kerja. Ini yang kami khawatirkan,” ujar Budi. Menanggapi hal itu, anggota Komisi II DPRD Kota Bogor Safrudin Bima mengaku miris atas kinerja direktur PDJT Kota Bogor. Ia menilai seharusnya setelah dilakukan pelantikan, direktur yang baru segera berbenah kantor dan menyiapkan segala dokumentasi untuk para pekerja. “Ini kan kacau. Biskita sudah beroperasi, tapi kontrak kerja belum ditandatangani. Gimana nasib para pekerja nantinya,” tegas SB, sapaan karibnya. Safrudin juga menyoroti sopir Biskita Trans Pakuan yang diisi sopir rekrutan anyar, bukan sopir angkot yang dibina PDJT untuk mengemudikan Biskita Trans Pakuan. Sesuai janji Wali Kota Bogor Bima Arya. “Saya akan memanggil pihak PDJT untuk membuka ini semua. Kami di Komisi II DPRD Kota Bogor akan memfokuskan agar kondisi kantor ke depannya lebih representatif dan karyawannya semua orang Bogor, serta sopir angkot yang sudah direduksi sesuai janji wali kota,” jelasnya. Dalam wawancara sebelumnya, Direktur PDJT Lies Permana justru mengaku sudah mulai membenahi berbagai sektor di internal PDJT. Di antaranya, terkait Sumber Daya Manusia (SDM). Menurutnya, SDM merupakan aset yang menjadi bagian penting dalam perusahaan. Sehingga, SDM yang akan mengisi PDJT haruslah pekerja yang kapabel dan mumpuni. “Itu sedang saya lakukan, sudah saya mulai pembenahan beberapa aktivitas internal, yakni pembenahan SDM. Itu penting karena SDM itu aset. Kalau nggak kapabel, mumpuni, itu akan sulit berkembang perusahaan ini,” terangnya. Sayang, saat ditanya soal respons anggota dewan yang kurang mengenakkan soal kantor PDJT, Lies tidak menjawab. Saat kegiatan di Megamendung bersama jajaran Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Lies mengatakan bahwa PDJT Kota Bogor seperti bayi yang keguguran. Ia pun berharap di masa kepemimpinannya, PDJT layaknya bayi yang baru lahir dan diharapkan bisa tumbuh dengan sehat. “Ibarat pernah keguguran, kita bikin bayi lagi. Mudah-mudahan bisa tumbuh dengan sehat. PDJT ini bisa segera mendatangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), melalui transformasi,” katanya saat ditemui Metropolitan.id di kawasan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kamis (16/12). Ia pun memaparkan beberapa rencana ke depan demi memenuhi target tersebut. Di antaranya, menggenjot berbagai potensi bisnis. “PDJT ini banyak potensi bisnisnya. Akan jadi tulang punggung kita. Contohnya kita akan gunakan sistem tapping di semua moda transportasi kita. Kita kerja sama, misalnya dengan Bank Kota Bogor atau bank lainnya. Ini potensi,” jelasnya. “Termasuk menopang yang saat ini sedang dijalankan, Biskita Trans Pakuan. Ada satu kesamaan visi-misi dalam konsorsium, punya transportasi modern, tertib, nyaman,” imbuhnya. Selain itu, Lies juga mengungkapkan ada potensi bisnis nonfarebox yang ingin segera diinisiasi. Mulai dari SPBU, perbengkelan, hingga advertising di halte-halte yang bisa mendatangkan PAD. Lalu, tambahnya, di halte-halte biasanya ada warung-warung kecil berdiri milik UMKM. Pihaknya ingin membenahi kawasan halte dengan menggandeng UMKM agar menjadi satu kesatuan dengan fasilitas halte. “Kita kolaborasikan, kita benahi, akan kita jadikan warung-warung UMKM satu fasilitas dengan halte. Itu contoh modelnya,” ujarnya. Selain pembenahan fisik, ia juga mengklaim mulai membenahi internal SDM di PDJT. Menurutnya, SDM menjadi penting karena merupakan aset yang harus kapabel dan mumpuni. Jika tidak, akan sulit berkembang. “Itu sedang saya lakukan. Sudah saya mulai pembenahan beberapa aktivitas internal yakni pembenahan SDM. Itu penting karena SDM itu aset. Kalau nggak kapabel, mumpuni, itu akan sulit berkembang perusahaan ini,” tutupnya. (ryn/run)