Senin, 22 Desember 2025

Pedagang Sweeping Keliling Pabrik, Yang Jual Tahu-Tempe Disita

- Rabu, 23 Februari 2022 | 10:50 WIB

Dua hari sudah tahu dan tempe hilang dari pasaran. Tak ada lagi pedagang tahu keliling atau tumpukan tempe di warung sayuran. Apalagi di pasar tradisional. Kalaupun ada yang menjual, siap-siap dagangannya kena sweeping dan disita. DI Kecamatan Dramaga, misalnya. Selama dua hari ini, puluhan pedagang berkeliling pabrik tahu dan tempe. Mereka memastikan tidak ada yang diam-diam memproduksinya. Begitu ada yang kedapatan produksi, maka tahu dan tempenya ditahan agar tidak diper­jualbelikan. Aksi sweeping itu merupakan bentuk kekompakan para penjual tempe dan tahu untuk tidak menjual tahu dan tempe hingga Rabu (23/2). Korlap aksi, Widodo, men­gatakan bahwa sejak harga bahan baku pembuatan tem­pe yakni kedelai melonjak naik, para penjual tahu dan tempe harus merugi. ”Kita sweeping ke pabrik tempe dan tahu, mengajak untuk tidak berjualan dulu sampai Rabu ini. Tempe dan tahu yang sudah diproduksi kita amankan (sita, red), dan untuk sementara tidak dijual dulu,” tegasnya. Karena itu, ia berharap pe­merintah segera mengatasi kenaikan harga kedelai yang terjadi saat ini. ”Kalau harga bahan tetap naik, kita tidak bisa produksi. Pemerintah harus peka akan kondisi saat ini, dan segera menurunkan harga kedelai,” pintanya. Ketua Koperasi Produsen Tahu-Tempe Indonesia (Kop­ti) Kabupaten Bogor, Suk­haeri Putra, mengatakan bahwa harga kedelai sudah mulai naik sejak akhir Novem­ber 2021. ”Kenaikannya melampaui angka biasanya. Angka kenai­kan ini sudah melebihi angka 25 persen. Jadi pabrik sudah kolaps,” terangnya. Saat ini, angka kebutuhan kedelai di Indonesia mencapai 90 persen, yang dimana kacang kedelai tersebut diimpor dari Amerika dan Brasil. Pasar kedelai dunia di Chi­cago, dengan nama Chicago Board of Trade (CBOT), terus memantau harga dari negara pengekspor kacang kedelai. Kenaikan dipengaruhi tiga komponen. Pertama, CBOT akan men­gumumkan setiap pergerakan naik-turunnya kacang kedelai yang berdampak ke perda­gangan kurs dolar. Kedua, faktor ini dipengaruhi rupiah terhadap dolar. Jadi bila rupiah lemah maka har­ga kacang kedelai tersebut akan melonjak naik. Ketiga, adanya isu-isu yang diciptakan para perajin. Mu­lai dari importir hingga dist­ributor yang dimana sifatnya subjektif. Sukhaeri mengungkapkan bahwa konsumen kedelai rata-rata kelas menengah ke bawah. ”Mereka masyarakat kecil, masyarakat lemah, dengan adanya kenaikan harga ini akan sangat berdampak bagi mereka,” jelasnya. Untuk diketahui, produsen tahu dan tempe melakukan mogok mulai 21 Februari 2022. Aksi itu dilakukan agar pe­merintah turun tangan mengendalikan harga kedelai. Seluruh produsen tahu dan tempe di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabo­detabek) mogok serentak mulai 21 Februari 2022. Aksi itu dilakukan produsen agar Kementerian Perdagangan turun tangan mengendalikan harga kedelai impor yang melambung tinggi. Dalam notulen rapat Pus­kopti DKI Jakarta pada 11 Februari 2022, produsen tempe dan tahu se-Jabodeta­bek sepakat mogok produksi serentak selama tiga hari, mulai 21 sampai 23 Februari. Puskopti DKI Jakarta juga meminta Tata Niaga Kedelai mendesak pemerintah me­nangani bahan baku tempe dan tahu. Ketua Kopti Jakarta Pusat, Khairun, mengatakan bahwa mogok produksi tahu-tempe serentak ini diikuti seluruh produsen tahu dan tempe di Jabodetabek. “Semua produsen di Jabo­detabek sudah tutup. Kalau tidak ditutup, akan di-sweep­ing,” kata Khairun. Mogok produksi tahu-tem­pe mulai 21 hingga 23 Fe­bruari 2022 ini dilakukan produsen agar Kementerian Perdagangan turun tangan melakukan intervensi atas tingginya harga kedelai impor yang kini harganya mencapai Rp12.000 per kilogram (kg). Menteri Perdagangan (Men­dag), Muhammad Lutfi, mengaku segera mengumum­kan harga wajar tahu tempe, sebagai imbas naiknya harga kedelai dunia. Lutfi juga mengaku pihaknya terus melakukan koordinasi antara importir, perajin, dan pedagang agar harga yang ditetapkan tidak memberatkan semua pihak. “Sekarang saya sedang men­jembatani antara perajin, importir, dan pedagang di pasar. Dan akan mengumum­kan kepada mereka, harga wajar tahu dan tempe itu be­rapa. Dengan begitu, perajin tidak diberatkan atau dimarahi pedagang. Dan mudah-mu­dahan kita semua bisa mene­rima hal tersebut,” kata Lutfi dikutip dari siaran langsung Instagram @erickthohir. Sejak kemarin, perajin tahu-tempe melakukan mogok produksi akibat harga yang terlalu mahal, meskipun stoknya lebih dari cukup. Akibatnya, selama dua hari ini, sejak Senin (21/2/2022), tahu dan tempe menjadi langka di pasaran. Melihat harganya yang naik, Lutfi ma­sih optimis mengatasi kon­disi tersebut. Alasannya, harga kedelai saat ini yaitu senilai US$15,86 per gantang tidak lebih besar dari Mei 2021 yang mencapai lebih dari US$16 per gantang. Tahun lalu, Kemendag ber­hasil mengatasi kenaikan harga kedelai. “Jadi artinya kita sudah pernah melewati itu. Saat itu dapat dijembatani oleh mendag dan perajin. Mudah-mudahan ta­hun ini dapat tertangani,” ha­rapnya. (ads/c/jp/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X