METROPOLITAN - Usai diterjang gempa di wilayah Banten, wilayah Bogor dan sekitarnya tetap waspada terjadinya cuaca ekstrem. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Bogor memprediksi terjadinya cuaca ekstrem mulai Senin (14–20/3). Sepekan ke depan, curah hujan di wilayah Bogor dan sekitarnya diramalkan akan meningkat, menyusul kondisi dinamika atmosfernya yang dipengaruhi fenomena global yakni fenomena La Nina. Kepala Stasiun Klimatologi Bogor, Indra Gustari, mengatakan bahwa berdasarkan prediksi kondisi global, regional, dan probabilistik model diperkirakan potensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang terdapat di semua kabupaten atau kota di wilayah Jawa Barat untuk sepekan ke depan. ”Sedangkan potensi hujan sangat lebat hingga ekstrem yang dapat disertai kilat atau petir dan juga angin kencang dapat terjadi di wilayah,” kata Indra Gustari kepada Metropolitan. Ia menuturkan, kejadian curah hujan dengan intensitas sangat lebat ekstrem masih berpotensi tinggi di wilayah Jawa Barat pada Maret 2022, dimana sebagian besar wilayah Jawa Barat sudah mulai memasuki masa peralihan pancaroba. Kepada masyarakat dan instansi terkait agar tetap waspada terhadap masih tingginya potensi kejadian bencana hidrometeorologi. ”Seperti banjir, banjir bandang, serta angin puiting beliung dan cuaca ekstrem berupa hujan sedang hingga lebat yang disertai kilat atau petir dan juga angin kencang pada sore hari,” terang Indra Gustari. Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, Agus Suyatna, menambahkan bahwa sesuai data BMKG bahwa belakangan ini Kabupaten Bogor berpotensi cuaca ekstrem ditandai angin kencang dan diikuti curah hujan tentunya menjadi warning untuk Kabupaten Bogor. ”Dimana sesuai kajian risiko bencana dan penetapan dari BNPB bahwa Kabupaten Bogor daerah rawan bencana, langkah yang pemda ambil adalah meningkatkan kesiapsiagaan di masyarakat maupun segenap stakeholder, juga di-backup TNI-Polri, baik dari sisi kebencanaan maupun kesiapsiagaan,” terang Agus Suyatna. Agus menyebut data pada BPBD minggu ini memang ada beberapa kejadian bencana walaupun skala kecil seperti pohon tumbang, longsor, dan rumah tertiup angin. Namun, masih bisa diatasi TRC BPBD dan segenap relawan di lapangan juga dibantu TNI-Polri, umumnya di sekitaran wilayah selatan, timur, dan barat Kabupaten Bogor yang berpotensi rawan bencana. ”Di Kabupaten Bogor ada 24 kecamatan yang rawan bencana. Seperti longsor, banjir, dan puting beliung. Masyarakat untuk tetap selalu waspada,” imbaunya. BMKG Pos Citeko Bogor memberi peringatan dini agar warga yang berada di wilayah Bogor dan pengendara menuju Puncak mewaspadai hujan serta angin kencang. ”Angin secara umum bertiup dari arah Barat Daya hingga Barat dengan kecepatan 05–40 km per jam,” kata Kepala Stasiun BMKG Citeko Bogor, Fatuhri Syabani, kepada Metropolitan. Fatuhri menjelaskan hujan disertai angin kencang akibat adanya daerah tekanan rendah yang berpotensi menjadi bibit siklon tropis di wilayah selatan Jawa Timur. Sehingga secara tidak langsung berpengaruh terhadap peningkatan CH dan angin kencang di wilayah Jawa. Salah seorang pengendara motor asal Cianjur yang melintas di Jalan Raya Puncak, Deden, mengatakan bahwa hujan beserta angin membuat para pengendara waswas. Sepanjang perjalanan menuju tempat tinggal, angin tidak berhenti bertiup kencang. ”Hujan disertai angin kencang sampai para pengendara berhenti, meneduh di pinggir jalan menunggu reda hujan angin itu. Ya takut, kalau diteruskan membahayakan diri karena jalanan pada licin,” akunya. Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kota Bogor, Theo Patrocinio, meminta warga Kota Bogor mewaspadai fenomena curah hujan tinggi yang mengguyur sebagian besar wilayah Bogor beberapa pekan terakhir. Salah satu yang harus diwaspadai adalah potensi longsor dan banjir lintasan. “Masyarakat Kota Bogor agar lebih waspada dan lebih berhati-hati. Di saat hujan atau angin agar selalu waspada,” kata Theo. Theo mengimbau setiap hujan dengan intensitas di atas satu jam agar masyarakat mulai waspada karena sangat berpotensi terjadi banjir dan longsor. Untuk itu, pihaknya meminta masyarakat yang merasa tinggal di bantaran sungai atau daerah rawan banjir agar melakukan evakuasi mandiri, sehingga dapat menghindari kerugian materi dan korban jiwa. Berdasarkan catatannya, sepanjang 2022 telah terjadi 102 kejadian bencana dengan kasus paling besar terjadi pada kurun waktu bulan Januari dengan total 80 kejadian bencana. Ia menuturkan, pada Januari, peristiwa angin kencang menjadi tren bencana di Kota Bogor. Pada awal tahun, intensitas hujan relatif meningkat dibandingkan bulan-bulan sebelumnya, disertai fenomena angin kencang. “Sebanyak 43 kejadian pohon tumbang dan tujuh kejadian tanah longsor juga terjadi pada awal tahun,” tutur Theo. Dari 80 kasus bencana pada Januari, seorang warga di Kelurahan Kedunghalang, Kecamatan Bogor Utara, meninggal dunia karena hanyut. Sedangkan, dua orang luka-luka karena pohon tumbang di dua tempat berbeda, yakni kejadian pohon tumbang di Gunungbatu, Kecamatan Bogor Barat, dan satu kejadian di Kelurahan Kedunghalang. “Pada Februari, total kejadian bencana tercatat sebanyak 22 kejadian,” katanya. Theo menjelaskan pada Februari intensitas hujan mulai berkurang, namun dilaporkan terjadi bencana seperti tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang, dan rumah roboh. “Enam rumah mengalami rusak berat dampak kejadian bangunan ambruk,” katanya. “Masyarakat Kota Bogor tetap harus mewaspadai longsor, banjir lintasan, angin kencang yang bisa berdampak ke rumah dan pohon tumbang. Biasanya angin kencang berakibat pada atap bangunan yang terbang,” tandas Theo. (mul/jal/rez/ run)