Senin, 22 Desember 2025

Ratusan Sapi Suspek PMK, Bogor nggak Dapat Jatah Vaksin

- Rabu, 8 Juni 2022 | 10:01 WIB

Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) mulai menjangkiti hewan ternak di Kota Bogor. Tujuh sapi di Kota Bogor positif PMK hingga ratusan hewan lainnya terpaksa diisolasi. Sayang, vaksin untuk ternak belum juga didistribusikan Kementerian Pertanian. DINAS Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bogor menyebutkan hasil uji laboratorium sampel darah ketujuh ekor sapi yang suspek terjangkit PMK sudah keluar pada Selasa (7/6). Dimana ketujuh ekor sapi yang be­rada di Rumah Potong Hewan (RPH) Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, itu dinyatakan positif PMK. ”Hasilnya positif,” kata Ke­pala DKPP Kota Bogor Anas S Rasmana kepada wartawan, Selasa (7/6). Imbas ketujuh ekor sapi yang dinyatakan positif PMK, Anas menyebut ratusan ternak di RPH Bubulak juga dinyatakan suspek PMK. Nantinya, ratu­san ternak sapi itu akan men­jalani tes PCR. ”Insya Allah nanti PCR lagi tanggal 15, 16, dan 17. Seluruh­nya. Kita akan bekerja sama dengan Balivet untuk PCR secara gratis,” terangnya. ”Saya sudah bikin surat ke Balivet untuk nanti minta di­lab semuanya. Begitu bebas, saya buka ulang. Itu kan anti­sipasinya,” ujarnya. Saat ini, jelas Anas, ketujuh ekor sapi yang dinyatakan positif PMK telah mendapat perawatan khusus dengan diberi rempah-rempah ber­upa kunyit, gula merah, hing­ga suplemen. ”Kita kasih vitamin biar ce­pat pulih. Supaya mayoritas sehat dan tetap segar. Tiga ratus hewan lainnya juga ter­masuk. Kita kasih vitamin,” imbuhnya. Meski begitu, DKPP Kota Bogor mengaku tidak menda­patkan vaksin untuk hewan ternak jenis sapi dari Kemen­terian Pertanian. Vaksin hanya diberikan ke daerah pengha­sil ternak saja. ”Vaksin yang ada itu baru ada 15 Juni 2022. Tapi, info yang kami dapatkan keterse­diaan vaksin dari Kemente­rian Pertanian hanya ada 2.000 vaksin. Kota Bogor tidak mendapat vaksin karena ha­nya daerah peternak saja yang mendapatkan vaksin,” jelas Anas. Ia menyebut jumlah vaksin tersebut sangat sedikit. Vaksin hanya disentralkan untuk daerah peternak. Seperti: Jawa Timur, NTT, Jawa Tengah, Bali, dan Aceh. ”Kota Bogor kan bukan pe­ternak. Peternak di Indonesia hampir ada 30 titik. Itu pun jumlahnya masih sedikit. Kami berharap stok vaksin bisa ditambah lagi agar pe­ternak bisa menyebar hewan­nya dengan aman,” tuturnya. Karena itu, ia berharap vaksi­nasi hewan ternak bisa se­gera dilaksanakan lebih awal, mengingat Idul Adha tinggal satu bulan lagi. ”Adanya vaksinasi untuk hewan ternak setidaknya bisa membuat rasa aman para pedagang hewan di seluruh Indonesia,” harapnya. Untuk diketahui, Kemente­rian Pertanian akan melaku­kan pengadaan 3 juta dosis vaksin untuk menangani wa­bah PMK pada hewan ternak. Vaksin darurat impor itu akan didatangkan pada minggu kedua di Juni 2022. Direktur Kesehatan Hewan (Dirkeswan) Direktorat Jen­deral Peternakan dan Kese­hatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian, Nu­ryani Zainuddin, mengatakan bahwa impor vaksin dilakukan karena Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) belum siap mem­produksi vaksin PMK dalam waktu cepat. ”Tetapi Agustus dalam minggu keempat rencananya Pusvetma akan mulai pro­duksi vaksin PMK massal,” kata Nuryani. Rencana pelaksanaan vaksi­nasi juga sudah sesuai Pera­turan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2014 terkait Pengen­dalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan. ”Terkait penanganan wabah, boleh dilakukan vaksinasi untuk memberikan kekebalan. Dan vaksinasi bisa diberikan di daerah wabah yang lebih prioritas, di daerah tertular, di daerah tinggi risikonya, dan lainnya,” terangnya. Pihaknya juga masih men­ghitung target populasi hewan ternak yang akan divaksin. Berdasarkan data Organi­sasi Kesehatan Hewan Dunia, minimal sebanyak 80 persen dari target populasi hewan ternak harus divaksin. Namun, nantinya vaksin tersebut dip­rioritaskan pada hewan ternak jenis sapi terlebih dahulu. Menurut Nuryani, sapi dipilih sebagai indikator karena ge­jala PMK terlihat jelas pada ternak tersebut. ”Sehingga orang baru tahu ketika PMK menyerang sapi ada tanda gejala klinis. Yang menjadi permasalahan, jika sapi sembuh masih bisa mem­bawa virus atau menjadi car­rier. Ternak yang sembuh belum tentu sembuh keseluru­han,” jelasnya. Sebanyak 3 juta dosis vaksin PMK hanya bisa diperuntuk­kan kepada 1 juta ekor sapi dengan estimasi peningkatan imunitas selama 12 bulan. Rencananya, vaksinasi akan dilakukan dengan dibagi se­banyak tiga dosis. ”Untuk emergency vaksin, untuk kekebalan penuh, di­perlukan dua kali vaksinasi dasar dan satu kali booster. Dan vaksinasi booster dila­kukan setelah vaksin kedua, setiap enam bulan sekali,” ujarnya. Ia melanjutkan, mekanisme pelaksanaan vaksinasi nanti­nya juga hewan ternak yang sudah tervaksinasi selama 28 hari tidak boleh keluar dan masuk kandang. ”Selain itu, harus diberi pe­nanda. Karena vaksinasi PMK ini seperti vaksinasi Covid-19. Ada dosis pertama hingga ketiga. Sehingga ternak yang tervaksinasi harus diberi pe­nanda,” bebernya. Pihaknya juga masih me­minta arahan Menteri Perta­nian Syahrul Yasin Limpo untuk sapi yang diprioritaskan mendapat vaksin emergency PMK di Indonesia. Namun, Ditjen PKH akan merekomendasikan bebera­pa kriteria sapi yang terlebih dahulu mendapatkan vaksin itu. Beberapa di antaranya, hewan rentan yang memiliki masa hidup lebih lama se­perti sapi perah. Kemudian sapi-sapi yang berada pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pembibitan Ternak di bawah naungan pemerintah. ”Setelahnya, lanjut ke po­pulasi hewan pada daerah wabah yang berisiko dengan menggunakan zonasi atau ring vaksinasi. Misal di satu keca­matan ada satu desa, ada sapi yang tertular. Maka jarak 10 kilometer atau ditentukan dengan juknis yang kita susun nanti, ring vaksinasi dilakukan,” paparnya. Selama dua minggu, Ditjen PKH juga telah melakukan sosialisasi dan pelatihan se­mentara kepada para petugas terkait rencana vaksinasi PMK pada 27 dan 29 Mei. Nantinya kegiatan itu dilanjutkan dengan bimbingan teknis (bimtek), jelang penyeleng­garaan vaksinasi. ”Tetapi yang penting komu­nikasi kepada peternak dan tokoh masyarakat untuk meng­informasikan pelaksanaan vaksinasi, minimal tiga hari sebelum pelaksanaan,” ingat­nya. Sementara itu, untuk kebu­tuhan hewan kurban Idul Adha di Kota Bogor, Anas S Rasmana mengaku bahwa pasokan daging sapi agak tersendat. Dari kebutuhan 17.000 ekor setiap tahunnya, tahun ini baru ada sekitar 2.000 ekor. ”Kebutuhan untuk Idul Adha itu fluktuatif ya jumlah­nya. Bisa 12.000–17.000 ekor. Biasanya, sebulan jelang Idul Adha itu kita sudah siaga se­kitar 4.000-an ekor. Tetapi sekarang baru 2.000-an. Ini kan jauh ya,” imbuh Anas. Ia menjelaskan pasokan hewan tersendat karena ba­nyak penyekatan akibat maraknya PMK pada hewan. ”Karena banyak penyekatan-penyekatan ini, distribusi hewan jadi agak tersendat. Selain itu, hewan-hewan dari daerah tertentu dan ma­suk daerah wabah PMK kan sudah tidak boleh keluar. Jadi solusinya ya kita cari dari daerah nonwabah tadi,” tandasnya. (rez/feb/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X