Hampir sebulan sepeda listrik beroperasi di Kota Bogor. Namun, kendaraan yang dielu-elukan Wali Kota Bogor Bima Arya itu juga tak luput dari protes warga. Gara-gara parkir seenaknya, Bima Arya terpaksa ‘menyemprot’ bos sepeda listrik yang selama ini telah meneken kerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor. SERATUS titik parkir sepeda listrik yang disediakan PT Beam rupanya jadi sumber masalah baru. Sebab, meski telah ditentukan titik parkirnya, tidak sedikit sepeda listrik yang parkir asal-asalan hingga mengganggu pejalan kaki. Pedestrian Simpang RRI Jalan Pajajaran Kota Bogor, misalnya. Sejumlah sepeda listrik diparkir hingga menutup pedestrian. Pejalan kaki pun terpaksa turun ke bahu jalan. Bahkan, ada pula sepeda listrik yang menutup guiding block untuk penyandang disabilitas. ”Saya lihat ini banyak sepeda listrik parkir di pedestrian. Seharusnya dibuat parkir khusus dong, yang nggak ganggu pejalan kaki,” kata salah seorang pejalan kaki, Dessy. Ia pun berharap Pemkot Bogor bersikap tegas terhadap pengelola sepeda listrik agar tidak hanya memikirkan profit semata. Tetapi harus memberi fasilitas kepada warga yang aman dan nyaman. ”Seharusnya Pemkot Bogor kasih peringatan ke pengelolanya. Sebenarnya boleh nggak diparkir di pedestrian. Pedestrian dibangun buat pejalan kaki kan, kok ini jadi tempat parkir penyewaan sepeda,” keluhnya. Sepeda listrik berbayar itu diluncurkan di Kota Bogor pada 23 September. Bima Arya menyebut dengan peluncuran sepeda listrik berbayar tersebut menjadi titik Kota Bogor memasuki era baru transportasi publik berbasis listrik dan ramah lingkungan. Tak ingin berlarut dengan banyaknya aduan, Bima Arya pun memanggil pengelola sepeda listrik, PT Beam. Ia membahas terkait banyak sepeda listrik yang diparkir di trotoar hingga mengganggu pejalan kaki. Karena itu, Bima meminta pengelola merapikan titik parkir sepeda listrik dan menambah personelnya untuk mengawasi. ”Kemarin saya sudah panggil Beam (pengelola sepeda listrik berbayar, red). Saya minta supaya sepeda itu tertib, tidak diparkir sembarangan,” tegas Bima. Bukan hanya merapikan titik parkir, Bima juga mendesak pengelola menambah personelnya. ”Ya untuk menyapu, patroli. Kalau ada sepeda yang ditaruh sembarangan, itu harus digeser. Saya ultimatum. Dalam jangka satu minggu, persoalan sudah selesai,” pintanya. Belum lagi, lanjut Bima, sejak sebulan diluncurkan, Bima Arya menilai sosialisasi yang diberikan kepada warga masih minim. Sebab, banyak warga yang belum tersosialisasikan dengan baik bagaimana cara menggunakan sepeda listrik berbayar dan di mana mereka memarkirnya setelah digunakan. Pihak pengelola juga diminta memperbaiki titik koordinat parkir sepeda listrik. ”Jadi, Beam saya minta menambah personel dan memperbaiki koordinatnya (titik parkir, red) juga, dan menyosialisasikan kepada warga sehingga warga paham bagaimana cara pakainya,” kata Bima. Bima menyebut keberadaan sepeda listrik berbayar di Kota Bogor merupakan pertama di Indonesia. Sehingga, masyarakat perlu diedukasi dalam penggunaannya. Pihak pengelola juga diminta aktif melakukan patroli agar keberadaan sepeda listrik tidak mengganggu pejalan kaki. ”Ini memang harus diawasi Beam sendiri. Harus ada yang patroli, berputar. Ini masih uji coba. Alhamdulillah, tidak ada laporan kecelakaan. Tetapi terus akan kita perbaiki, karena ini kan pertama di Indonesia. Tetapi sambutannya luar biasa. Weekend kemarin saja mencatat rekor ada 900 pengguna,” beber Bima. Jangka panjangnya, sambung Bima, sepeda listrik tersebut akan menjadi transportasi yang memudahkan dan terkoneksi dengan destinasi wisata dan stasiun. ”Ke depannya, kita berharap akan mengoneksikan ke titik wisata seputar Sistem Satu Arah (SSA), Mal Botani, Kebun Raya, kawasan Suryakencana. Jadi mengoneksikan destinasi wisata,” tutur Bima. ”Kedua, nanti jangka menengah dan jangka panjang sebagai transportasi feeder. Orang mau ke Jakarta naik kereta bisa sambung pakai sepeda listrik. Jadi mempermudah mobilitas perkotaan, bukan saja wisata,” tambahnya. Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor Eko Prabowo tak menampik bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Khususnya terkait penataan transportasi. ”Namanya juga program baru sebulan. Semua masukan yang membangun tentu saja kami tampung dan jadi bahan evaluasi,” ujarnya. Namun, ia menegaskan bahwa saat ini penempatan sepeda listrik sudah sesuai koridornya. Yakni pada jalur sepeda yang ada di trotoar. ”Hanya saja faktanya, kadang ada yang pakai tapi tidak dikembalikan ke tempat semula. Ini yang perlu kita beri tahu,” katanya. Sementara itu, Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub Kota Bogor Dody Wahyudin menanggapi soal titik parkir atau pangkalan sepeda listrik berbayar di trotoar Kota Bogor hingga mengganggu pejalan kaki. Menurutnya, pengelola harus membuat lokasi parkir atau pangkalan sepeda listrik berbayar tersebut. ”Ini juga jadi kendala kalau mereka (sepeda listrik berbayar, red) parkir di trotoar. Memang dampaknya sekarang mengganggu pejalan kaki. Jadi kita harap nanti mereka tidak lagi parkir di trotoar. Apalagi akhirnya mengganggu pejalan kaki dan tunanetra ya,” kata Dody, Senin (24/10). ”Karena saya sendiri melihatnya mereka parkir di trotoar. Itu kan fungsi pejalan kaki. Terganggu juga. Walaupun itu sepeda juga,” tambahnya. Terkait hal itu, Dody mengaku masih berkoordinasi dengan bidang terkait di Dishub Kota Bogor. ”Terkait (sepeda listrik berbayar, red) parkir yang di trotoar atau jalur pedestrian, kemarin sore kita juga sudah koordinasi dan sedang dicek kembali terkait PKS (perjanjian kerja sama, red)-nya. Karena itu ada di bidang angkutan. Jadi kita sedang koordinasikan terkait PKS dan titik-titik parkirnya,” tegas Dody. ”Intinya harus disiapkan parkir sepeda listrik di luar jalur pedestrian,” tambahnya. Aduan masyarakat terkait sepeda listrik berbayar di Kota Bogor ternyata bukan hanya soal titik parkir atau pangkalan, tetapi juga termasuk soal perilaku penyewa yang masih nekat melaju di jalan raya ketika menggunakan sepeda listrik. Dody mengatakan, sepeda listrik berbayar seharusnya melaju di jalur khusus sepeda yang sudah disediakan Pemkot Bogor. ”Sepeda listrik ini belakangan memang akhirnya jadi sorotan juga ya. Karena kemarin kita juga menemukan beberapa ada yang keluar dari jalurnya. Jadi mereka (penyewa sepeda listrik, red) masuk ke jalan raya,” kata Dody. ”Hal ini juga sudah saya konfirmasi dan koordinasikan dengan petugas di lapangan untuk kembali mengarahkan para pemakai sepeda listrik untuk tidak menggunakan jalan raya. Karena sesuai fungsi dan perjanjian awalnya tidak untuk di jalan raya, tetapi di jalur sepeda yang sudah ada,” tuntasnya. (rez/feb/run)