Kebangkrutan Revlon menjadi pukulan berat bagi para penggemarnya di seluruh dunia, termasuk ibu-ibu di Indonesia yang mengenang masa keemasan Revlon sebagai saingan berat Avon di abad ke-20.
3. Giant
Giant, jaringan ritel berformat hypermarket yang dulu dikenal sebagai tempat belanja murah meriah bagi keluarga Indonesia, mulai melemah sejak tahun 2015.
Saat itu, 75 gerai terpaksa ditutup karena penurunan penjualan. Faktor pelemahan daya beli masyarakat dan perubahan tren belanja yang beralih ke platform digital juga turut memperburuk kondisi perusahaan.
Baca Juga: Kevin Diks Cedera Saat Bela FC Copenhagen, Timnas Indonesia Waswas
Pada tahun 2019, jumlah gerai terus berkurang dari 166 menjadi 142, dan pada tahun 2023, tiga gerai lagi ditutup, termasuk Giant Ekstra Margo City, Giant Mayasari Plaza, dan Giant Kalibata.
Giant yang merupakan bagian dari Hero Group ini semula didirikan di Malaysia pada tahun 1944, dan pernah menjadi favorit belanja keluarga karena kelengkapan barang serta harga terjangkau.
Namun, keterlambatan dalam mengikuti tren e-commerce dan pergeseran preferensi konsumen ke toko online serta mini market yang lebih fleksibel, menjadikan Giant tidak lagi relevan.
4. Kodak
Eastman Kodak Company, atau yang lebih dikenal dengan nama Kodak, adalah pionir dalam dunia fotografi yang didirikan sejak tahun 1892.
Namun, kemegahan nama Kodak akhirnya runtuh ketika perusahaan resmi menyatakan pailit pada tahun 2012.
Kodak yang dulu menjadi simbol kemewahan teknologi kamera, tidak mampu beradaptasi dengan era digital dan tetap bertahan pada bisnis film kamera analog yang mulai ditinggalkan.
Alih-alih berinovasi dan merambah pasar kamera digital lebih cepat, Kodak justru tertinggal jauh dari kompetitornya.
Keputusan yang kurang tepat dalam strategi bisnis membuat perusahaan kehilangan pangsa pasar hingga akhirnya bangkrut.