CIGUDEG – Desa Banyuasih, Kecamatan Cigudeg, masih membutuhkan penanganan ekstra terkait infrastruktur. Sebab, wajar saja jika wilayah ini sering dicap sebagai desa terisolasi dan kurang perhatian pemerintah daerah (pemda).
Bayangkan, untuk mendapatkan sinyal telepon seluler saja, warga di kampung ini harus mencarinya ke daerah lain, yakni Desa Rabak, Kecamatan Rumpin. “Kita minta dibangunkan tower pemancar, sehingga warga bisa berkomunikasi ke luar,” ujar Ardi, warga Kampung Jambe kepada Metropolitan, kemarin.
Ia mengaku, selama ini di kampungnya tidak ada jaringan tower pemancar atau Base Transceiver Station (BTS). Sehingga, telepon seluler yang dimilikinya tak bisa digunakan. “Sudah wilayahnya terpencil, terasingkan pula karena tidak ada sinyal. Seharusnya pemerintah peka akan kebutuhan warga,” kesalnya.
Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Banyuasih Mudis Sunardi mengaku, wilayahnya seperti daerah terasingkan. Sebab, banyak persoalan yang hingga kini masih menghantui warga, mulai dari transportasi, pendidikan hingga komunikasi. “Jalan sudah diajukan ke musrenbang desa untuk dilakukan pembangunan jalan. Sedangkan kebutuhan tower masih dalam mimpi,” keluhnya.
Ia menambahkan, ketika ada informasi dari kecamatan ataupun pemda ke desa jadi terhambat. Sedangkan jika lewat pos harus menunggu hingga dua hari. Karena itu, tak adanya sinyal menjadi penghambat informasi dari luar. Wajar saja Desa Banyuasih sering dicap desa terisolasi. ”Kami meminta diskominfo membuat towernya agar komunikasi warga tidak terputus,” pungkasnya.
(ads/b/yok/mg2/run)