TENJOLAYA - Miris nasib janda beranak tujuh di Kampung Budiasih, RT 01/01, Desa Gunungmulya, Kecamatatan Tenjolaya. Akibat hidup dalam kemiskinan, Samah (50) harus tinggal berdesak-desakan bersama anaknya di gubuk reyot yang terbuat dari bambu 6x12 meter.
Samah yang setiap harinya sebagai tukang pijit itu mengatakan, setelah pisah dua tahun dengan Atang (54), dirinya hijrah ke Kampung Budiasih yang ia tempati bersama anak-anak tercintanya saat ini. "Saya tinggal bersama tujuh anak saya. Namun yang pertama, anak saya sudah beristri dan yang satu lagi tinggal bersama mantan suami saya di Kampung Cimanggu di desa yang sama," katanya kepada Metropolitan, kemarin.
Ia mengaku membuat gubuk bambu tersebut dari uang sendiri di lahan tanah milik orang yang dikontrak. Namun hingga kini gubuknya belum dilirik pemerintah. Karena itu, ia berharap ada perhatian dari pemerintah. "Anak saya yang sekolah dua orang, yang kelima SMA nama Ela Elviana (17). Yang satu masih SD kelas empat bernama Erwin Ferdiansyah (11). Saya sehari-hari hanya tukang mijit untuk bantu-bantu anak saya yang sekolah," ungkapnya.
Anak keenam Samah, Samit (32), mengaku sebelum menjadi buruh harian lepas di kampungnya untuk membantu orang tua, dirinya buruh di pabrik sepatu. "Sebelum jadi buruh serabutan, saya kan dulu kerja di pabrik sepatu. Mungkin ini sudah nasib saya dan keluarga. Tapi saya bantu-bantu orang tua di rumah juga," ujarnya.
Sementara Staf Desa Gunungmulya Aang mengakui adanya rumah yang terbuat dari bambu di lahan orang. "Rumah itu mah lahan orang. Posisi dia di situ cuma ngontrak. Sebenarnya mah orang tersebut punya rumah di Cimanggu," singkatnya melaui WhatsApp.
(mul/b/sal/run)