METROPOLITAN – Longsor yang terjadi di Bukit Lapingbudin, Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung, awal 2020 sempat menyisakan trauma bagi masyarakat sekitar. Putusnya jalan utama di awal tahun Shio Tikus Logam ini, membuat PT Antam bersama warga bahu-membahu menata kembali bukit di ketinggian 451 Mdpl agar bisa kembali hijau dan bermanfaat untuk warga. Penataan pun dilaksanakan dengan menanam rumput vetiver secara terasering (berundak). Tak hanya itu, beberapa tanaman buah, seperti mangga, rambutan hingga bunga melati tertancap rapi di atas bukit. Berkat kerja sama warga Desa Bantarkaret dengan pekerja PT Antam, kini Bukit Ladingbudin sudah berubah wajah. Humas PT Antam Tbk, Agus, mengatakan, Bukit Lapingbudin ini merupakan wilayah yang harus dirawat bersama demi menjaga alam. Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat sangat dibutuhkan. ”Prioritas kami sebagai perusahaan untuk menanggulangi longsor dan mengembalikan wilayah ini sebagai tempat resapan air. Ada pun ke depan lokasi ini mau dijadikan tempat wisata edukasi oleh warga, maka harus ada kajian yang menyatakan bukit ini aman dari potensi longsor maupun bahaya pergerakan tanah,” bebernya saat ditemui wartawan koran ini, kemarin. Longsor di awal tahun ini tidak hanya memporak-porandakan Bukit Lapingbudin, Bukit Batukasang, Desa Pangkaljaya pun terjadi hal serupa. Menurut Agus, PT Antam Tbk bersama warga sekitar juga melakukan penanganan dengan memasang bronjong berisi tumpukan tanah yang di atasnya ditanami rumput vetiver. ”Rumput ini dianjurkan pemerintah pusat untuk ditanam di tebingan, karena kekuatan dari akarnya mampu menahan pergerakan tanah,” bebernya. Untuk masyarakat Pangkaljaya, saat ini mulai bisa berkebun kembali di Bukit Batukasang. Di tempat yang sama, Tokoh Masyarakat Desa Bantarkaret, Dede Sidik Permana, mengatakan, penanganan lanjutan tebing ini dilakukan pemerintah desa dengan selalu mengajak masyarakat agar terus menanam dan menjaga lingkungan. Terlebih, para leluhur di desa ini bekerja sebagai petani. ”Sebanyak 95 persen masyarakat di sini bekerja sebagai petani. Kekompakan masyarakat di Desa Bantarkaret bisa dilihat dengan jernihnya kembali Sungai Cikaniki dan Ciguha,” ucapnya. Dede mengungkapkan, kejernihan air Sungai Cikaniki dan hijaunya bukit-bukit di Desa Bantarkaret merupakan ciri khas warga desa yang sudah kembali ke asalnya. ”Coba lihat saja di aliran sungai ini sudah muncul kembali ikan sawung, senggal, pergis, bahkan airnya sudah bisa dikonsumsi,” jelasnya. Dede berharap kekompakan warga dalam menjaga lingkungan tak pernah luntur demi keberlangsungan generasi mendatang.(yok/py)