Senin, 22 Desember 2025

PT Antam Tata Bukit Lapingbudin Bareng Warga

- Senin, 21 September 2020 | 09:52 WIB

METROPOLITAN – Long­sor yang terjadi di Bukit La­pingbudin, Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung, awal 2020 sempat menyisakan trauma bagi masyarakat se­kitar. Putusnya jalan utama di awal tahun Shio Tikus Lo­gam ini, membuat PT Antam bersama warga bahu-mem­bahu menata kembali bukit di ketinggian 451 Mdpl agar bisa kembali hijau dan berman­faat untuk warga. Penataan pun dilaksanakan dengan menanam rumput vetiver secara terasering (berundak). Tak hanya itu, beberapa tanaman buah, se­perti mangga, rambutan hingga bunga melati tertancap rapi di atas bukit. Berkat ker­ja sama warga Desa Bantar­karet dengan pekerja PT An­tam, kini Bukit Ladingbudin sudah berubah wajah. Humas PT Antam Tbk, Agus, mengatakan, Bukit Laping­budin ini merupakan wilayah yang harus dirawat bersama demi menjaga alam. Oleh karena itu, keterlibatan ma­syarakat sangat dibutuhkan. ”Prioritas kami sebagai pe­rusahaan untuk menanggulangi longsor dan mengembalikan wilayah ini sebagai tempat resapan air. Ada pun ke depan lokasi ini mau dijadikan tem­pat wisata edukasi oleh warga, maka harus ada kajian yang menyatakan bukit ini aman dari potensi longsor maupun bahaya pergerakan tanah,” bebernya saat ditemui warta­wan koran ini, kemarin. Longsor di awal tahun ini tidak hanya memporak-poran­dakan Bukit Lapingbudin, Bukit Batukasang, Desa Pang­kaljaya pun terjadi hal serupa. Menurut Agus, PT Antam Tbk bersama warga sekitar juga melakukan penanganan dengan memasang bronjong berisi tumpukan tanah yang di atasnya ditanami rumput vetiver. ”Rumput ini dianjur­kan pemerintah pusat untuk ditanam di tebingan, karena kekuatan dari akarnya mam­pu menahan pergerakan tanah,” bebernya. Untuk ma­syarakat Pangkaljaya, saat ini mulai bisa berkebun kem­bali di Bukit Batukasang. Di tempat yang sama, Tokoh Masyarakat Desa Bantarkaret, Dede Sidik Permana, menga­takan, penanganan lanjutan tebing ini dilakukan pemerin­tah desa dengan selalu menga­jak masyarakat agar terus menanam dan menjaga ling­kungan. Terlebih, para leluhur di desa ini bekerja sebagai petani. ”Sebanyak 95 persen masyarakat di sini bekerja sebagai petani. Kekompakan masyarakat di Desa Bantar­karet bisa dilihat dengan jer­nihnya kembali Sungai Cika­niki dan Ciguha,” ucapnya. Dede mengungkapkan, ke­jernihan air Sungai Cikaniki dan hijaunya bukit-bukit di Desa Bantarkaret merupakan ciri khas warga desa yang su­dah kembali ke asalnya. ”Co­ba lihat saja di aliran sungai ini sudah muncul kembali ikan sawung, senggal, pergis, bah­kan airnya sudah bisa dikon­sumsi,” jelasnya. Dede berha­rap kekompakan warga dalam menjaga lingkungan tak pernah luntur demi keberlangsungan generasi mendatang.(yok/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X