METROPOLITAN - Sulitnya perekonomian membuat Mudi (75) bersama sang istri warga Kampung Pangkalan, RT 01/06, Desa Pangkaljaya, Kecamatan Nanggung, terpaksa tinggal di rumah reyot dan memprihatinkan. Dinding dan plafon hanya ditutup bilah bambu serta dapur yang sumpek dan tak layak huni. Mudi mengungkapkan, awal Januari 2020 rumahnya ambruk akibat bencana alam hujan deras disertai angin kencang. Karena waktu itu kondisinya darurat, ia bersama suami terpaksa mengungsi ke rumah anak. ”Tapi kasihan juga kalau lama-lama tinggal bersama anak. Akhirnya saya pilih kembali ke rumah yang pernah kena bencana alam. Walaupun tidak layak milik sendiri dan nggak merepotkan orang lain,” bebernya sambil menitikkan air mata. Di masa tua, Mudi bekerja sebagai pemulung barang bekas. Setiap hari ia berkeliling kampung mencari barang bekas untuk dikumpulkan di rumahnya. Ketika sudah banyak baru dijual untuk kebutuhan sehari-hari. ”Namanya juga pemulung barang bekas, hasilnya ya nggak menentu. Kadang dapat, kadang nggak dapat,” tuturnya. Terpisah, Kepala Desa (Kades) Pangkaljaya, Taupik Sumarna, mengatakan, sebelumnya rumah itu sudah dicek. Namun untuk penambahan kuota RTLH 2019 dimasukkan pada program Baznas. “Datanya sudah masuk, tapi sampai sekarang belum ada info lagi,” ungkapnya. Dari tiga unit yang diajukan ke Baznas, yang dua sudah masuk ke program RTLH. “ Kalau tidak terealisasi, 2021 kita upayakan diperbaiki dalam program RTLH,” tukasnya. (ads/c/feb/py)