METROPOLITAN - Di tengah musim penghujan, masyarakat di Desa Hambaro, Kecamatan Nanggung, mengalami kesulitan air bersih. Sebab, sumur warga yang digunakan selama ini berwarna kuning. Ketua RW 07 Kampung Hambaro, Subhan, mengatakan, krisis air bersih yang dialami warga sudah terjadi sejak lama. Hingga saat ini warga masih mengandalkan air dari sumur, meski airnya berwarna kuning. “Sumur milik warga airnya tidak layak minum karena warnanya kuning. Warna air butek dan menguning diperkirakan berasal dari kandungan zat besi yang begitu tinggi,” ujarnya. Subhan mengungkapkan, Desa Hambaro memiliki luas 328 hektare dengan 10 RW, 28 RT, 5 dusun dan 7.800 jiwa. Adapun sumber air yang dianggap bersih dan layak konsumsi hanya ada di musala terdekat. “Untuk mendapatkan air bersih, setiap hari warga rela antre di musala,” ungkapnya. Ia berharap pemerintah segera membangun sarana air bersih. Sebab, ketersediaan air bersih menjadi kebutuhan primer. “Karena kondisinya mendesak, kami mengusulkan adanya bangunan pipa saluran Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas),” harapnya. Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Hambaro, Firdaus, membenarkan bahwa warganya sudah puluhan tahun mengalami krisis air bersih. “Mudah-mudahan pemerintah segera mesrespons kondisi darurat air bersih di Desa Hambaro,” pintanya. Ia mengungkapkan, sumur di Kampung Pasireurih, Cidudut, Liud Hambaro dan Kampung Pasirhiid kedalamannya bisa mencapai 25 meter. “Itu pun belum tentu ada airnya,” paparnya. Sebelumnya, pihak desa telah melakukan pemetaan pencarian sumber air pegunungan. Hasilnya, ditemukan pada ketinggian 474 meter di atas permukaan laut sumber air Gunung Goha. Mata air itu yang diharapkan bisa jadi sumber air bersih bagi Kampung Cibentang yang berbatasan dengan Desa Bantarkaret. Ia pun berharap pemerintah membuatkan pipa penyambung sepanjang enam kilometer untuk dialirkan ke sejumlah titik penampungan. “Kami mohon bapak-bapak dewan yang menjadi wakil rakyat mendorong ke Dinas PUPR maupun DPMD agar kebutuhan masyarakat bisa diprioritaskan,” tukasnya. (ads/c/feb/py)