Senin, 22 Desember 2025

Waduh! Pohon di Kawasan TNGHS Ditebang demi Wisata

- Kamis, 11 November 2021 | 12:30 WIB

METROPOLITAN – Mema­suki musim penghujan, an­caman terjadi bencana alam sudah berkali-kali dipering­atkan. Namun faktanya, ada proyek pembangunan kawa­san wisata di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) Kalimati, Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor yang mengorbankan sejumlah pohon. Pengelola wisata tersebut malah melakukan penebangan pohon. Penebangan dilakukan di beberapa titik di kawasan TNGHS yang akan dijadikan kawasan wisata outbond ter­sebut. Bahkan, aksi tersebut terekam kamera ponsel dan viral di sejumlah grup Whats­App. Dalam video berdurasi 17 detik itu terlihat sejumlah orang tengah menebang po­hon. Bahkan, tak jauh dari lokasi penebangan itu terda­pat sejumlah alat berat. Saat dikonfirmasi, Kepala Desa (Kades) Sukajadi, Ade Gunawan, membenarkan lo­kasi penebangan tersebut berada di salah satu lokasi proyek pembangunan tempat wisata di desanya. Tepatnya di kawasan TNGHS. ”Iya, be­nar ada penebangan pohon di kawasan TNGHS. Bahkan tadi baru kita sidak bersama Muspika dan DLH Kabupaten Bogor,” tuturnya. Aksi penebangan pohon ini tentu berbanding terbalik dengan upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor yang ingin menyelamatkan kawasan Puncak sebagai hulu dari komersialisasi. Sama seperti Puncak, kawasan TNGHS juga termasuk daerah hulu yang harus dilindungi. Bupati Bogor, Ade Yasin, mengatakan, kondisi Puncak saat ini semakin memprihat­inkan sebagai dampak komer­sialisasi. ”Sebetulnya Puncak itu pu­nya fungsi kehutanan, fungsi perkebunan. Kita minta pe­merintah pusat, fungsi-fung­si hutan ini dikembalikan,” ujarnya dalam kegiatan Pe­ringatan Hari Agraria dan Tata Ruang Nasional (Hantaru) 2021 di Puncak, Cisarua, be­lum lama ini. Ade Yasin khawatir jika ko­mersialisasi tidak dikontrol malah timbul hal-hal yang tak diinginkan seperti bencana dan lain-lain. “Kita harus bersama-sama melakukan perlindungan di sini, hutan-hutan di sini, kebun-kebun di sini, dikembalikan fungsi­nya sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH),” tuturnya. Jika semua dikembalikan secara masif, sambung Ade Yasin, maka Puncak akan se­lamat tanpa mengurangi esensi pariwisata. ”Pariwi­sata alam seperti tea walk, cross country kan menarik juga tanpa harus membangun bangunan kokoh dan betoni­sasi,” pungkasnya. (jal/els/ py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X