METROPOLITAN - Di tengah kembalinya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) setelah dua tahun lebih pandemi Covid-19, banyak siswa sekolah dasar di Ciampea, Kabupaten Bogor, malah putus sekolah dan memilih ikut bekerja bersama orang tuanya sebagai pengamen ondel-ondel. Hal tersebut diungkapkan seorang guru saat Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) di Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Rabu (28/9). ”Karena alasan ekonomi, ada siswa saya yang tidak masuk sekolah dan malah memilih bekerja sama orang tuanya sebagai ondel-ondel,” kata guru yang namanya enggan disebutkan itu. Atas laporan itu, Kepala Seksi (Kasi) Pemerintahan Kecamatan Ciampea Ivan pun membenarkan adanya fenomena tersebut. Namun, hal itu terjadi saat pandemi Covid-19 melanda atau tepat satu tahun lalu. Saat itu, siswa dihadapkan dengan tidak adanya kegiatan belajar, sehingga memilih membantu orang tuanya bekerja sebagai pengamen ondel-ondel di jalanan. “Tapi masih adanya siswa yang berhenti sekolah dan bekerja sebagai pengamen ondel-ondel itu baru ada saat aduan dari sekolah di musrenbang ini. Intinya kita prihatin jika saat ini masih ada siswa yang putus sekolah dan memilih bekerja sebagai pengamen ondel-ondel. Itu mah dijadikan ladang usaha, bukan faktor ekonomi,” tegasnya. Terpisah, Camat Ciampea Yudi menjelaskan tanggung jawab siswa tetap bersekolah bukan hanya tanggung jawab guru, tetapi peran orang tua sangat penting dalam mendukung anak agar tetap bersekolah. Untuk mengatasi persoalan siswa putus sekolah dan bekerja sebagai pengamen ondel-ondel, pihaknya sudah memberi arahan kepada pihak desa, termasuk RT dan RW agar melakukan pendataan. ”Ketika ada, mereka perlu diberikan bantuan sosial. Orang tua siswa diedukasi agar anaknya tetap bersekolah. Jangan ikut bekerja sebagai pengamen ondel-ondel,” ujarnya. Menurut Yudi, ada alasan khusus ketika orang tua mengikutsertakan anaknya berkerja sebagai ondel-ondel. Ketika orang lain melihat ada anak kecil yang ikut bekerja sebagai ondel-ondel, tentunya akan memunculkan rasa iba atau kasihan. Namun, baginya, hal tersebut bukan menjadi alasan orang tua dan anak harus tetap bersekolah. “Apalagi sekolah SD negeri itu gratis. Sampai saat ini angka anak SD putus sekolah di Ciampea itu rendah. Yang jelas, tidak ada alasan anak tidak bersekolah atau putus sekolah karena faktor ekonomi. Sebab, sekolah SD gratis. Saat musrenbang tingkat desa, saya juga menyarankan agar desa bisa menganggarkan bantuan beasiswa bagi siswa tidak mampu,” tutupnya. (ads/c/ryn/run)