Cisarua - Tradisi budaya Rebo Wekasan yang sudah berjalan secara turun temurun bagi masyarakat Puncak, masih di pertahankan hingga kini.
Menurut tokoh masyarakat puncak sekaligus panitia acara H.Aripin Azis, tradisi tersebut diprediksi lahir di dekade tahun 50-an. Menurutnya, Rebo Wekasan ini digagas dan dilakukan seorang ulama karismatik di zamannya yang berasal dari Bakom yakni Mama Kyai Haji As’ary. “Seperti yang tercantum dalam nukilan kitab Mujarobatul Kubro dan Kanjun Najjah serta Jawahirrul Humus," katanya.
Dia juga menjelaskan, mengacu dari kitab tersebut, kemudian disikapi Mama dari Bakom yang melakukan kegiatan Tolak Bala. "Pengumpulan ketupat, sayur,beserta penganan lainnya hanya sebagai simbol kebersamaan saja," ungkapnya lagi.
Acara yang digagas Forum Puncak Ngahiji tersebut, dimeriahkan acara karnaval dan pawai ketupat. Mengambil titik start di Cisarua, kemudian berputar di masjid Harokatul Jannah dan finish di rest area semesta Desa Cilember.
Ketua Forum Puncak Ngahiji Azet Basuni menyampaikan, kegiatan ini sebagai media sodaqoh dan wujud rasa syukur kepada Allah SWT. Atas segala nikmat, karunia dan keberkahan. “Kkami dari Forum Puncak Ngahiji mengajak serta alim ulama dan habaib, pemerintahan dari dua kecamatan yakni Cisarua dan Megamendung, PHRI dan warga masyarakat untuk dapat berpartisipasi mewujudkan acara ini," tuntasnya.
(ash/b/suf)