METROPOLITAN – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bakal memanfaatkan Bendungan Ciawi dan Sukamahi sebagai area budidaya ikan dengan teknologi akuaponik. Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Sosial Budaya dan Peran Masyarakat, Sudirman, mengatakan, budidaya tersebut akan dibangun pada sempadan kedua. Sempadan merupakan garis terluar sebuah bendungan. “Untuk mendukung budidaya ini setiap bendungan harus ditata dan memiliki kawasan sabuk hijau yang memadai melalui penanaman pohon yang disesuaikan struktur tanah,” katanya melalui keterangan resmi. Sudirman menilai pembangunan kedua area budidaya ikan dengan teknologi akuaponik tersebut akan memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat sekitar. Sebab, lokasi Bendungan Ciawi dan Sukamahi tak jauh dari Kota Bogor maupun Jakarta. Menurutnya, akuaponik merupakan sistem budidaya ikan dan tanaman bersama dalam ekosistem yang saling menguntungkan. Sistem ini menggunakan bakteri alami yang dapat mengubah kotoran dan sisa pakan ikan menjadi nutrisi bagi tanaman. Bendungan Ciawi direncanakan memiliki volume tampung 6,05 juta meter kubik dan luas genangan 39,40 hektare. Bendungan tersebut akan dikerjakan kontraktor pelaksana PT Brantas Abipraya dan PT Sacna dengan biaya pembangunan sebesar Rp798,7 miliar. Sementara Bendungan Sukamahi memiliki daya tampung 1,68 juta meter kubik dan luas area genangan 5,23 hektare. Bendungan Sukamahi akan dibangun PT Wijaya Karya-Basuki KSO dengan biaya senilai Rp447,39 miliar. Kedua bendungan tersebut ditarget rampung Juni 2022. Konstruksi Bendungan Ciawi saat ini mencapai 85 persen, sedangkan konstruksi Bendungan Sukamahi telah di level 71 persen. Kedua bendungan ini didesain untuk mengurangi debit banjir yang masuk ke Jakarta dengan menahan aliran air dari Gunung Gede dan Gunung Pangrango sebelum sampai ke Bendung Katulampa yang kemudian mengalir ke Sungai Ciliwung. Rampungnya pembangunan Bendungan Ciawi akan mereduksi banjir sebesar 111,75 m3 per detik. (bks/feb/py)