METROPOLITAN - Mak Jaen, wanita paruh baya berusia 50 tahun warga Kampung Pasirkalong, RT 14/04, Desa Antajaya, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Bogor, menderita penyakit kulit melepuh di sekujur tubuh. Namun, sampai saat ini belum didiagnosis dokter lantaran tidak memeriksakan diri ke rumah sakit atau puskesmas terdekat. Penyakit yang sudah dideritanya sejak tiga bulan lalu itu diawali rasa gatal yang luar biasa di bagian lengan. Oleh keluarganya, Mak Jaen lantas dibawa ke dokter praktik terdekat untuk mendapatkan pengobatan. Setelah diperiksa dan diberi obat, pihak keluarga tidak diberikan didiagnosis apa pun oleh dokter praktik tersebut. Setibanya di rumah panggung milik keluarga Mak Jaen, obat yang diberikan dokter tadi lantas dikonsumsi dengan harapan dapat mengurangi rasa gatal yang dideritanya. Namun, bukannya sembuh, kulit sekujur tubuh Mak Jaen malah melepuh seperti terkena luka terbakar. Lantaran tidak dilanjutkan pemeriksaan ke klinik atau puskesmas, penyakit kulit yang diderita Mak Jaen ini semakin menjalar hampir di sekujur tubuh. Setelah melepuh, benjolan berisi cairan itu dalam beberapa waktu pecah dan membuat bekas luka menjadi lembap dan mengeluarkan bau kurang sedap. Kulit yang melepuh dan sudah pecah itu terparah di bagian punggung sampai pinggang Mak Jaen. Akibatnya, saat memakai pakaian, selalu basah karena lendir yang dikeluarkan dari kulit yang sudah pecah itu. Bahkan, untuk tidur saja, kasur yang digunakan Mak Jaen ini harus dialasi daun pisang agar tidak membuat kasur basah. Meski penyakit yang diderita Mak Jaen sudah semakin parah, pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor belum meninjau kondisi Mak Jaen agar dapat penanganan lebih lanjut. ”Kalau dari Dinkes belum ada yang datang,” singkat Mak Jaen kepada Metropolitan, kemarin. Namun, ia tidak mau dirawat di rumah sakit dengan alasan tidak ada biaya. Bahkan, jika akhirnya harus dibawa ke rumah sakit, Mak Jaen mengaku bingung dengan biaya untuk keluarganya yang menunggu nanti. ”Saya nggak mau dirawat soalnya nggak punya uang. Apalagi nanti kalau sampai dirawat kan untuk yang nunggu, saya juga harus pakai biaya. Selain untuk makannya juga untuk biaya transportasi,” ungkapnya. Sementara itu, dalam kunjungannya ke rumah Mak Jaen, anggota Komisi III DPRD Kabupaten Bogor Achmad Fahoni mengatakan bahwa keluhan yang dilontarkan keluarga Mak Jaen selain belum adanya dinas terkait yang datang, pun dengan masalah biaya. ”Setelah saya berkunjung untuk menjenguk Mak Jaen ini, saya sangat prihatin dengan kondisi Mak Jaen yang mengalami penyakit kulit yang sudah cukup parah. Namun, keluarga Mak Jaen enggan membawanya ke rumah sakit karena terbentur biaya. Memang kondisi ekonomi keluarga Mak Jaen juga cukup memprihatinkan,” ungkapnya. Politisi PKS itu mengaku pihaknya siap membantu segala keperluan Mak Jaen untuk menjalani perawatan di rumah sakit dan akan membuatkan BPJS PBI. Sementara akan menggunakan Jamkesda untuk bisa langsung dirawat. ”Karena dari kemarin kita cuma komunikasi dari jauh, dan hari ini saya sengaja datang untuk mengecek langsung. Yang paling utama yang saya ingin cek, di samping urusan penyakitnya, urusan pelayanan dari puskesmas terdekat. Saya juga akan membantu Mak Jaen sampai sembuh dirawat. Masalah urusan biaya perawatan akan menggunakan BPJS PBI. Selanjutnya urusan biaya yang menunggu, biarkan kita bantu bersama-sama,” pungkasnya. (gus/jis/els/run)