CILEUNGSI - Rutinitas kemacetan pada pagi dan sore hari di wilayah Cileungsi menjadi persoalan laten yang tak kunjung bisa diatasi. Terlebih lagi, pengaturan lalu lintas diserahkan pada unyil alias pak ogah. Bahkan, tak tampak seorang polisi pun yang mengatur lalu lintas sepanjang Jalan Raya Transyogi tersebut.
Para pengguna jalan pun mengeluhkan kemacetan tersebut yang didominasi kontainer, ditambah deretan antrean angkot yang tak tertib memarkirkan kendaraannya. Seperti yang dikeluhkan Arfan (37), warga Bantargebang, Bekasi. Ia mengaku sempat terjebak kemacetan hingga tiga jam saat hendak ke kediaman keluarganya di area Jonggol. “Selalu seperti ini. Ada polisi tapi terkesan lepas tangan. Yang ngatur jalan malah orang nggak jelas,” ungkap Arfan kepada Metropolitan, kemarin.
Ia juga mengaku sempat melihat insiden adu mulut antara sopir dengan unyil yang mengatur pengendara. “Karena ribut, akhirnya malah buat macet bertambah,” bebernya.
Karena itu, ia berharap pihak kepolisian meningkatkan jumlah personelnya yang bertugas melancarkan arus lalu lintas. Dengan demikian, ketegangan antara pengendara dengan preman yang mengatur jalan tak lagi terjadi.
Sementara itu, Kanit Lantas Polsek Cileungsi AKP Yayan membantah aktivitas pengaturan jalan malah dilakukan para pak ogah. ”Semua personel kami turun. Hanya saya akui, keterbatasan personel jadi persoalan yang mengakibatkan pengaturan lalu lintas tak merata,” ungkapnya.
Ia menegaskan, para personelnya tetap melakukan pengawalan dan pengaturan lalu lintas di jalur tersebut. “Kami tidak lepas tanggung jawab. Setiap hari ada anggota kami di sana,” kilahnya.
(shr/b/yok/run)