Senin, 22 Desember 2025

Warga Sukamakmur Banyak Beralih Profesi

- Kamis, 4 Juli 2019 | 14:58 WIB

METROPOLITAN - Peng­hasilan yang tak bisa mencu­kupi kebutuhan sehari-hari, membuat beberapa petani di Kampung Tegalpanjang, Desa Sukamulya, Kecama­tanSukamakmur, beralih pro­fesi. Mereka lebih memilih pekerjaan, seperti buruh pa­brik atau berdagang.

Seorang petani, Pahrudin (50), mengatakan, penghasi­lan bertani yang pas-pasan membuat beberapa teman seperjuangannya rela mening­galkan pekerjaannya. Men­jadi buruh pabrik atau ber­jualan dianggap lebih meny­ejahterakan dibanding meng­garap sawah.

Inilah yang dikhawatirkan pria yang sudah menjadi pe­tani selama 25 tahun itu. Ia merasa waswas lantaran jum­lah petani semakin berkurang. Terlebih, sebagian besar wi­layah Sukamakmur merupa­kan lahan pertanian. ”Jadi buruh pabrik atau dagang lebih menguntungkan,” ujar­nya. Ditambah minat pemu­da menjadi petani di desa ini dinilai masih kurang. Ini di­buktikan dengan tidak adanya petani usia muda yang meng­garap sawah di daerah ting­galnya sendiri. ”Mereka sama, lebih suka merantau ke Bogor, kerja di pabrik atau kuli bangu­nan,” jelas Pahrudin.

Ia sendiri sempat beberapa waktu beristirahat dari dunia tani dan mencoba berdagang sayuran di depan rumahnya. ”Keuntungannya lumayan lah,” katanya. Pahrudin menga­mini hasil bertani hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan satu istri dan lima anak.

Namun dengan alasan lebih menyukai pertanian, peker­jaannya sebagai pedagang tidak berjalan lama. Meski penghasilannya tidak banyak, ia memilih kembali mengab­di menjadi petani padi agar tak mengurangi jumlah pe­tani di desanya.

Pahrudin mengungkapkan, di kampungnya buruh tani rata-rata dibayar Rp60.000 per hari. Dengan upah tersebut, banyak yang menganggap tak bisa membayarkan lelahnya menjadi seorang petani.(trb/yok/py

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X