METROPOLITAN - CILEUNGSI Penutupan jalan perlintasan warga Kampung Sawah, Desa Cileungsikidul, Kecamatan Cileungsi, kian kencang datang dari warga sekitar sana. Penolakan semakin besar lantaran pihak Metland Transyogi, selaku pemilik lahan menutup akses tersebut dengan tembok beton.
Pantauan di lokasi pembetonan, jalan yang biasa dilalui warga itu kini ditutup tembok beton setinggi 1,5 meter. Akibatnya warga menempelkan beberapa spanduk keberatan mereka, karena akses alternatif mereka ditutup.
“Masih berjalan mediasinya. Jadi warga tetap menolak,” kata Kepala Desa Cileungsikidul, Edi Supriyatman.
Edi menjelaskan, sejauh ini kedua pihak masih sama-sama berkeras untuk kepentingnya masing-masing. Metland, kata dia, sejauh ini juga belum mau memberikan kebijakan agar jalan tersebut dapat kembali digunakan warga sekitar.
Edi menilai, semestinya pihak Metland dapat melihat kebutuhan masyarakat dari jalan tersebut. Meski begitu, Edi mengaku tetap akan memperjuangkan kebutuhan masyarakat. Dengan catatan, sambung dia, ke dua pihak tidak ada yang merasa dirugikan.
“Kami juga telah meminta bantuan kepada pemerintah kabupaten agar mau memberikan sosialisasi kepada Metland,” ungkapnya.
Edi mengatakan, hal ini terpaksa dilakukan lantaran pihak Metland sangat sulit untuk diajak mediasi. Bahkan, Edi menyebut, rencananya pada Rabu (18/12), pemerintah desa bersama dengan warga sekitar akan melakukan aksi penolakan kembali.
“Rabu pagi kami kembali sidak ke lokasi bersama warga,” singkat Edi.
Sementara, Security Cluster Green Falma atau Sektor Tanjung 9, Muhammad Yusuf menjelaskan, akibat dari aksi warga belakangan tentang penolakan jalan tersebut dirinya mendapat jadwal tambahan untuk berjaga di sekitar sana. Yusuf mengaku, aksi demo yang dilakukan warga pada pekan lalu menjadi ke dua kalinya yang dilakukan dengan tuntutan yang sama. Bedanya, kata dia, warga melancarkan aksi protesnya itu di depan kantor pemasaran.
“Kalau nanti ada lagi ya jadi demo yang ke tiga. Kalau bisa sih gak usah,” ujar Yusuf.
Menurut Yusuf, warga tidak perlu repot-repot untuk melakukan aksi protes. Sebab, imbuh Yusuf, secara hukum status tanah tersebut milik Metland. Selain itu, Yusuf menilai, Metland melakukan penutupan untuk menurunkan tingkat kejahatan untuk para penghuni cluster di sana.
“Namanya Cluster, jadi biar tindak kejahatannya tidak ada. Kalau ada jalan itu nanti banyak orang tidak dikenal yang melintas,” ungkap Yusuf.
Sementara, di temui di belakang tembok pembatasan, warga Kampung Sawah, Desa Cileungsi Kidul, Indra Ariyanto menjelaskan, Metland seharusnya bisa lebih bijaksana dalam mengambil keuputusan. Setidaknya, kata dia, di Jalan Raya Cileungsi – Transyogi – Jonggol, tepatnya di depan perumahan, mereka telah menyumbang kemacetan di jalan tersebut di pagi dan sore hari.
“Warga yang mengambil jalan perlintasan bermaksud agar dapat terhindar dari kemacetan. Juga mengurangi kemacetan itu juga,” lanjut Indra.