Jumlah pasien positif Covid-19 di Kabupaten Bogor terus bertambah. Situasi itu membuat warga semakin khawatir. Di Kecamatan Parungpanjang, sejumlah warga berupaya mencegah corona dengan melakukan penyemprotan disinfektan secara swadaya. Mereka menyasar rumah ibadah, fasilitas sosial (fasos) dan fasilitas umum (fasum) lainnya. Sasaran tersebut adalah musala, masjid, gereja dan pos ronda. “KAMI terpaksa bergerak sendiri untuk menangkal virus itu, jangan sampai menjangkiti warga di sini,” ujar Ketua RT 02/12, Desa Parungpanjang, Yusuf Maulana. Menurutnya, disinfektan itu sumbangan donatur dan warga, namun jumlahnya tidak terlalu banyak. Sehingga penyemprotan baru dioptimalkan di tempat umum. Sementara untuk rumah warga belum bisa. “Kami mengajak warga mengupayakan disinfektan secara swadaya atau mandiri tanpa harus menunggu pemerintah daerah,” imbuh Yusuf. Beberapa waktu lalu sempat dikabarkan ada pasien positif Covid-19 meninggal di Parungpanjang. Setelah ditelusuri warga, ternyata itu bukan warga setempat. Hanya rumah orang tua seorang pasien positif covid-19. Warga yang meninggal itu bertempat tinggal di kawasan Tangerang. Hanya saja rumah orang tua mereka di salah satu perumahan Desa Kabasiran, Kecamatan Parungpanjang ”Warga sempat resah atas informasi itu. Lantas ketika ditelusuri ternyata bukan di Parungpanjang,” kata Yusuf. Dia menyadari warga kawasan Kecamatan Parungpanjang memiliki potensi besar tertular corona. Sebab, warga di Parungpanjang adalah masyarakat urban. Mereka mengandalkan moda transportasi massal seperti KRL untuk aktivitas sehari-hari. Terutama ke Jakarta atau wilayah Jabodetabek. “Di KRL potensi tertular cukup tinggi. Jarak antarpenumpang sangat dekat. Tidak ada yang bisa memastikan penumpang yang sehat dan bersih dari Covid-19,” imbuhnya.Atas kondisi itu, dia dan warga bergerak membuat langkah antisipatif. Di antaranya membuat disinfektan. Sedangkan langkah lebih jauh lagi belum mampu. Mengandalkan dari pemerintah daerah sangat tidak mungkin karena terkesan lamban. Kepala Desa Parungpanjang, Syahlan Robin mengklaim sudah mengimbau warga untuk mengatur jarak jika berada di luar rumah. Dia meminta warga menahan diri di rumah. Sedangkan langkah penyemprotan disinfektan untuk warga, menurut Syahlan, belum bisa dilakukan lantaran kas desa masih nol. Dana desa pun belum cair dari pemerintah. “Kewenangan kami terbatas. Kami butuh petunjuk dari pemkab atau camat kalau bergerak,” tukasnya. Dia pun mempersilakan warga bergerak secara swadaya, baik dalam penyediaan hand sanitizer, masker ataupun disinfektan. (jp/els/py)