Mahasiswa Program Studi Komunikasi Pembangunan, Sekolah Pascasarjana IPB University, Robby Firliandoko, membangun Kampung Siaga di desanya untuk mencegah Covid-19. Yakni di RW 09 dan RW 10, Desa Karanggan, Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor KECAMATAN Gunungputri merupakan salah satu zona merah di Kabupaten Bogor. Itu yang mendorong Robby ikut berpartisipasi dalam melawan penyebaran virus corona. Robby mengatakan, gagasan ini dimulai ketika Robby aktif dalam sebuah gerakan peduli Covid-19 untuk Kota dan Kabupaten Bogor. Dalam gerakan yang bernama Bogor Rise Againts Corona atau BORAC, relawan ini tak hanya menggalang dana, tapi juga melakukan gerakan kreatif seperti konser karantina, lelang karya dan gerakan sosial lain sebagainya. “Kampung siaga ini adalah inspirasi dari teman di sekolah relawan, di mana sekolah relawan membuat kampung siaga dan kebetulan untuk kota dan Kabupaten Bogor belum ada waktu itu. Untuk itu, saya menginisiasi kampung saya sendiri dengan berkoordinasi dengan RT dan RW,” ujarnya. Robby menyadari wabah ini tidak hanya menyerang kesehatan, tapi juga aktivitas perekonomian masyarakat, sehingga ketahanan pangan masing-masing warga ikut terdampak. Maka dari itu, di Kampung Siaga ada program sembako dari warga untuk warga. “Di desa kami saling bantu. Yang memiliki ekonomi lebih, membantu yang tidak mampu. Prinsipnya, dari warga untuk warga. Kami ajak dermawan. Kami ingin saling bantu dari kita untuk kita. Makanya kita coba libatkan ibu- ibu. Kita ingin buat lumbung pangan, karena tak bisa dimungkiri kita tidak tahu pandemi ini sampai kapan,” tuturnya. Tak hanya itu, Robby juga bakal melakukan antisipasi jika ke depan pangan langka. Sehingga pihaknya punya pondasi lumbung pangan untuk mencukupi kebutuhan di kampungnya. ”Kita juga melakukan edukasi, menyatukan persepsi dan diskusi dengan RW, mengajak tokoh masyarakat, tokoh agama untuk selalu wanti-wanti ke warga serta mengingatkan agar senantiasa pakai masker,” ujarnya.Sebagai agen perubahan di masyarakat, pihaknya harus memberikan contoh dan berupaya mengatasi masalah dengan disiplin dan selalu kompak. ”Praktik Kampung Siaga juga sebagai implementasi Ilmu Komunikasi Pembangunan yang saya terima dari kampus. Karena di IPB saya belajar tentang menjadi agen perubahan, pemetaan tokoh dan bergerak secara partisipatori dengan membangun kesadaran melalui dialog,” bebernya. Selain itu, Kampung Siaga di wilayahnya juga memfasilitasi bila ada warga yang sakit diupayakan ada koordinasi dengan tenaga kesehatan. “Jangan sampai ada warga sakit keluar dan malah terpapar di luar. Di Kampung Siaga kita minta tim medis datang ke rumah, mengurangi kontak fisik, mengurangi bepergian yang sebetulnya itu merupakan episentrum, tempat penyebaran,“ katanya. Di Kampung Siaga, sambung dia, semua lini masyarakat ikut bergerak. Mulai dari pemuda, RT, RW, kepala dusun, DKM hingga tokoh masyarakat. ”Saat ini kami sedang mendekati ke ibu-ibu pengajian, karena ada beberapa program yang cocok dilakukan ibu-ibu pengajian dan PKK,” katanya. Dengan bantuan ibu-ibu pengajian dan PKK, Robby akan membuat dapur umum untuk antisipasi warga yang membutuhkan. Melalui ibu-ibu diharapkan rencana program kegiatan menanam bisa dilakukan. (kum/els/py)