Senin, 22 Desember 2025

Jual Motor demi Modal, Pernah Didatangi SBY

- Selasa, 12 Mei 2020 | 12:24 WIB

Meski memiliki usaha kecil, warga Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor, Aditya Prayoga, tetap beramal. Caranya dengan membuka warung makan gratis. SEHARI-hari, Aditya beker­ja sebagai pedagang murotal (rekaman lantunan ayat suci Alquran) dan sabun dengan penghasilan tidak tentu. Meski begitu, ia mampu mendirikan rumah makan gratis. Rumah makan yang bernama Rumah Makan Gratis ini me­nyediakan makanan dan mi­numan seperti nasi, telur balado, ayam, teh dan kopi. Bedanya dengan rumah makan lain, di sini siapa pun bisa me­nikmati hidangan secara gratis, tanpa membedakan identitas dan latar belakang ekonomi. Terletak di Jalan Raya Ci­angsana, Nomor 01, Gunung­putri, Rumah Makan Gratis ini menerima semua kalangan. Mulai dari pemulung hingga orang kaya. Rumah makannya bahkan pernah di­datangi Presiden Republik Indonesia keenam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Setiap hari, Aditya mampu menyediakan 100 porsi lebih makanan. Ia menga­kui bahwa porsi tersebut se­buah peningkatan, di mana sebelumnya hanya mampu menyediakan 50 porsi. Ada pun modal yang dikeluarkan bera­sal dari dana pribadi ataupun donasi. ”Buat saya Rumah Ma­kan Gratis tetap memberikan keuntungan, yaitu ketenangan, keberkahan dan kebahagiaan,” katanya. Aditya kemudian bercerita tentang alasannya membuka rumah makan ini. Awalnya ia tidak memiliki pekerjaan dan dilanda kelaparan. Beruntung, nasibnya tertolong ketika pen­jaga Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, memberinya makanan. Selain itu, ia juga ditawari be­kerja sebagai penjaga lahan parkir.Selepas bekerja sebagai penjaga lahan parkir, ia memu­tuskan menjadi pedagang. Bisnis pertama yang ia coba adalah menjual murotal. Tercetusnya Rumah Makan Gratis ini berasal dari penga­laman pribadinya. Pria itu pernah mendapati seorang nenek yang hidup sebatang kara dan bekerja sebagai pe­mulung. Karena itulah, ia sel­alu meminta istrinya memper­banyak porsi masakan di rumah untuk dibagikan kepada nen­ek sebatang kara. Seiring ber­jalannya waktu, porsi masakan­nya semakin banyak lantaran mereka tak hanya memasak untuk sang nenek, tapi juga orang-orang banyak. ”Perjala­nan Rumah Makan Gratis ini terbilang sulit. Saya jual motor untuk modal,” katanya. Untuk lokasi sendiri, ia da­patkan dari ketua Badan Per­musyawaratan Desa Ciangsa­na. Bantuan itu berupa tanah seluas 500 m2 yang diberikan cuma-cuma untuk rumah ma­kan gratis miliknya, sehingga bisa menampung orang lebih banyak lagi. (kum/els/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X