Meski memiliki usaha kecil, warga Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor, Aditya Prayoga, tetap beramal. Caranya dengan membuka warung makan gratis. SEHARI-hari, Aditya bekerja sebagai pedagang murotal (rekaman lantunan ayat suci Alquran) dan sabun dengan penghasilan tidak tentu. Meski begitu, ia mampu mendirikan rumah makan gratis. Rumah makan yang bernama Rumah Makan Gratis ini menyediakan makanan dan minuman seperti nasi, telur balado, ayam, teh dan kopi. Bedanya dengan rumah makan lain, di sini siapa pun bisa menikmati hidangan secara gratis, tanpa membedakan identitas dan latar belakang ekonomi. Terletak di Jalan Raya Ciangsana, Nomor 01, Gunungputri, Rumah Makan Gratis ini menerima semua kalangan. Mulai dari pemulung hingga orang kaya. Rumah makannya bahkan pernah didatangi Presiden Republik Indonesia keenam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Setiap hari, Aditya mampu menyediakan 100 porsi lebih makanan. Ia mengakui bahwa porsi tersebut sebuah peningkatan, di mana sebelumnya hanya mampu menyediakan 50 porsi. Ada pun modal yang dikeluarkan berasal dari dana pribadi ataupun donasi. ”Buat saya Rumah Makan Gratis tetap memberikan keuntungan, yaitu ketenangan, keberkahan dan kebahagiaan,” katanya. Aditya kemudian bercerita tentang alasannya membuka rumah makan ini. Awalnya ia tidak memiliki pekerjaan dan dilanda kelaparan. Beruntung, nasibnya tertolong ketika penjaga Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, memberinya makanan. Selain itu, ia juga ditawari bekerja sebagai penjaga lahan parkir.Selepas bekerja sebagai penjaga lahan parkir, ia memutuskan menjadi pedagang. Bisnis pertama yang ia coba adalah menjual murotal. Tercetusnya Rumah Makan Gratis ini berasal dari pengalaman pribadinya. Pria itu pernah mendapati seorang nenek yang hidup sebatang kara dan bekerja sebagai pemulung. Karena itulah, ia selalu meminta istrinya memperbanyak porsi masakan di rumah untuk dibagikan kepada nenek sebatang kara. Seiring berjalannya waktu, porsi masakannya semakin banyak lantaran mereka tak hanya memasak untuk sang nenek, tapi juga orang-orang banyak. ”Perjalanan Rumah Makan Gratis ini terbilang sulit. Saya jual motor untuk modal,” katanya. Untuk lokasi sendiri, ia dapatkan dari ketua Badan Permusyawaratan Desa Ciangsana. Bantuan itu berupa tanah seluas 500 m2 yang diberikan cuma-cuma untuk rumah makan gratis miliknya, sehingga bisa menampung orang lebih banyak lagi. (kum/els/py)