PARUNGPANJANG - Kesenjangan sosial dan minimnya perekonomian sebuah keluarga sangat berdampak pada kehidupan sehari-hari, termasuk kurangnya perhatian terhadap kesehatan yang membuat Nursaad (14) anak dari pasangan Siti Aisyah (40) dan Pepen (52) warga kampung Sukamanahsatu RT 01/04, Desa Parungpanjang, Kecamatan Parungpanjang harus terbaring tak berdaya.
Nursaad yang saat ini berumur dua bulan sudah mengalami gizi buruk dan kondisinya sangat memprihatinkan. Sang ibu yang hanya berprofesi sebagai tukang cuci berpenghasilan sehari-hari tak lebih dari Rp20 ribu, ditambah sang ayah yang sudah tiada karena bercerai membuat keluarga tak mampu mengobati sang anak.
“Jangankan untuk berobat, untuk makan sehari-hari saja kesusahan, kuli tukang cuci mana bisa mengobati anak,” ujar Siti dengan meneteskan air mata, kepada Metropolitan, kemarin.
Tak hanya Nursaad yang mengalami gizi buruk dan membuat keluarga kebingungan, kakak dari Nursaad yakni Saipul Anam (23) putra pertamanya sudah hampir satu bulan mengalami gangguan jiwa diakibatkan narkoba, hal ini menambah derita buat sang ibu yang hidup sendirian menanggung anaknya yang kondisinya sangat memprihatinkan.
“Ditambah lagi anak saya yang pertama, sudah ada satu bulan mengalami gangguan jiwa karena narkoba, dia suka ngomong sendiri dan kadang kalau malam hari suka ngamuk dan meresahkan warga. Saya sangat mengharapkan solusi dan bantuan kepada keluarga kami,” tambahnya.
Sementara itu terkait dengan adanya warga desa Parungpanjang yang mengalami gizi buruk, Kades Parungpanjang Nina Kurniasih mengatakan, pihaknya selalu memantau dan memperhatikan warganya, termasuk keluarga Siti Aisyah.
”Kemarin kami sudah tawarkan berobat dan kami sebagai pihak desa selalu memperhatikan warga kami, untuk sekarang kami akan buatkan BPJS gratis kepada keluarga Ibu Siti Aisyah karena memang ada BPJS gratis tapi kami selektif dan hanya diberikan kepada warga yang sangat membutuhkan dan tak mampu. Contohnya seperti keluarga Ibu Siti ini,” pungkasnya.
(sir/b/sal/mg3/dit)