Cicih (42) terpaksa harus rela menghuni gubuk reyot bersama tiga putranya yang masih sekolah. Upah sang suami yang bekerja sebagai buruh serabutan hanya cukup untuk menyambung hidup. Ibu rumah tangga yang tinggal di Kampung Tegalwates, RT 08/05, Desa Tegal, Kecamatan Kemang itu pun selalu dilanda rasa waswas.
RUMAH yang dihuni Cicih jauh dari kata layak. Setiap hujan mengguyur, ia dan keluarganya terpaksa harus mengungsi ke rumah tetangga lantaran khawatir ambruk tertimpa material gubuk yang telah lapuk. “Sudah delapan tahun saya tinggal di sini dengan kondisi bocor di sana-sini,” katanya terbata-bata seraya meneteskan air mata.
Ia mengaku pasrah dengan kondisinya saat ini. Meski banyak orang bilang rumahnya lebih mirip kandang sapi. “Ya, saya pasrah sama Allah. Habis mau bangun rumah tidak ada biaya. Suami kerjanya serabutan di kandang sapi. Itu pun upahnya dipakai buat anak sekolah. Kemarin saya sudah dapat surat dari sekolah suruh bayaran,” bebernya.
Menurut Cicih, pada 2016 lalu rumahnya pernah didatangi pihak desa untuk didata sebagai penerima Program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). “Dulu di foto- foto sama orang desa, cuma sampai sekarang tinggal fotonya saja,” keluhnya.
Terpisah, Kepala Desa Tegal Elismayanti mengatakan, rumah Cicih memang sudah didaftarkan pada penerima RTLH 2017. “Rumah ibu Cicih sudah masuk daftar penerima bantuan RTLH 2017,” katanya.
Sementara itu, Camat Kemang Nana Mulyana mengaku akan meninjau dan melihat kondisi keluarga Cicih. “Saya akan investigasi dan tanyakan kepada kades soal gubuk Cicih,” terangnya. Nana menambahkan, persoalan ini harus segera mendapat perhatian dari pemerintah. “Yang jelas, ini harus dapat perhatian pemerintah, khususnya melalui Program RTLH Kabupaten Bogor,” tegasnya.
(khr/b/sal/py)