Saya mah kalau nggak dagang nggak betah,” ujar Enah (35), anggota Amartha Mikro Fintek, perusahaan Peer to Peer Lending Platform yang fokus dalam pembiayaan mikro. Terbiasa berdagang sejak gadis, Enah tak lagi melihat dagang sebagai sesuatu yang harus dilakukan untuk menyambung hidup. Kegiatan ini sudah mendarah-daging dalam dirinya.
ENAH adalah pedagang bakso, aneka soto, mi ayam, dan gorengan. Berawal dari rumah, ia kini telah membuka cabang di Pasar Nyuncung Desa Kampungsawah Kecamatan Rumpin dan Pasar Ciseeng di Desa Parigi Mekar Kecamatan Ciseeng. Lima juta rupiah adalah rata-rata total omset dagang mingguan yang diperolehnya selama berjualan di kedua lokasi tersebut.
“Pembiayaan pertama sebesar Rp 500 ribu dari Amartha saya gunakan untuk pasang keramik rumah yang sebelumnya masih tanah. Pembiayaan kedua sebesar Rp 1,5 juta saya pakai untuk buka cabang di Pasar Ciseeng,”ungkap Enah.
Enah tidak sendiri dalam menjalankan usahanya, suaminya ikut serta. Bahkan delapan anaknya bahu membahu membesarkan usaha keluarga. Ia bercerita anaknya yang sudah lulus SMK dan bekerja memutuskan untuk memilih mengembangkan usaha bersamanya.
“Pagi jam 3:30 anak-anak semua bangun. Mereka bantu cuci beras, marut kelapa, peras santan, dan iris seledri. Anak sulung saya juga bantu jualan. Bahkan sekarang ini si teteh mah udah bisa jualan sendiri di Pasar Nyucung. Teteh yang paling tua jualin soto, ade-ade-nya ikut jualin minuman botol,” tuturnya penuh bersemangat.
Delapan anak sama sekali bukan kendala bagi Enah. Ia bukan hanya mampu membesarkan usahanya, tetapi juga membangun kerja sama antar anggota keluarga. Ia mengaku anak-anaknya yang lebih besar selalu berinisiatif menjaga adik-adiknya ketika ia dan suami sibuk di pasar.
(rci/sal)