PARUNG – Bagi pehobi ikan hias air tawar tentunya sudah tak asing lagi mendengar nama Kecamatan Parung. Kecamatan yang dipimpin Camat Daswara Sulanjana itu merupakan sentra penjualan sekaligus pembudayaan ikan hias air tawar.
Camat Parung Daswara Sulanjana mengatakan, peminat ikan hias dan ikan konsumsi di Parung sudah go international. Pembelinya rata-rata dari China, Thailand, Filipina, Jepang dan Malaysia. “Potensi ikan hias dan konsumsi di Pasar Parung berjalan dengan baik,” terangnya.
Daswara juga mengklaim tak ada calo dalam pembelian ikan konsumsi dan ikan hias di wilayah yang dipimpinnya. Seperti yang ditemukan di Pasar Ciseeng dan Sukabumi, di mana petani ikan menjual ikannya melalui calo. Praktis, petani pun merugi. ”Kami membebaskan petani untuk bertemu pembeli dari luar negeri dan kami siap mengawal petani ikan,” tegasnya.
Dia menjelaskan, ada empat kecamatan yang bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk membudidayakan ikan hias. Yakni, Kecamatan Parung, Kecamatan Kemang, Kecamatan Gunungsindur dan Kecamatan Ciseeng.
Mantan camat Kemang ini menambahkan, pembeli dari luar negeri sangat menyukai ikan hias jenis neon tetra dan cupang. Sedangkan ikan konsumsi seperti lele dan gurame. “Saya berharap pemerintah mampu mengendalikan potensi ikan hias dan konsumsi agar tidak dialihfungsikan sebagai lahan perumahan,” ujarnya.
Sementara itu, pedagang ikan hias Pasar Parung, Muhaimin, mengatakan, harga ikan hias di sini sangat murah dan relatif terjangkau. Sebagai perbandingan, harga ikan kecil jenis ikan koki, sumatra, tetra di pasaran bisa Rp2.000 per ekor. “Saya punya dua kolam besar untuk membibitkan ikan yang saya jual,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, bukan cuma penggemar dan pedagang ikan hias yang menjadi pelanggan setia sentra ikan hias di Pasar Parung. Mereka juga mencari ikan untuk diekspor ke sejumlah negara.
(khr/b/sal/py)