TAJURHALANG - Mendapatkan bantuan dan modal serta lahan untuk bertani itu harapan semua petani yang ada di Kabupaten Bogor. Sayangnya janji yang diberikan oleh PT Tani Nelayan Indonesia (TNI) dianggap membohongi petani, pasalnya sampai saat ini bantuan tersebut belum ada realisasinya.
Salah seorang petani yang juga Penyuluh Petani Swadaya (PPS) Kecamatan Tajurhalang, Yayang T Putra mengatakan, pertama dirinya diundang ke kantor Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BKP3K) Kabupaten Bogor. Dirinya mengatakan sudah mengikuti sosialisasi sebanyak enam kali, yang salah satu sosialiasinya berlangsung di kantor BPK3K Cibinong. Bahkan Kepala Kantor atas nama Yusuf menyarankan supaya dirinya mencari anggota sebanyak mungkin.
"Karena saat itu PT TNI akan memberikan bantuan berupa pinjaman kepada petani, sebesar 60 juta per orang dan lahan eks tanah milih Soeharto diberikan bagi yang tidak punya lahan seluas 5000 meter. Kita sebagai petani saat itu hanya cukup klik nama kita, contoh Yayang nanti menyambung ke nama Subgyo ke HP milik dia, kita hanya memfoto copi KTP saja," ujarnya kepada Metropolitaan, kemarin.
Lanjut Yayang, akhir dengan iming - iming itu dirinya berhasil mengumpulkan petani sebanyak 2000 orang dari dua kecamatan, yaitu kecamatan Tajuhalang dan Bojonggede. Pertemuan kedua, di Cimanggis, ketiga di Bojong Koneng, keempat di Kalisuren, bahkan sempat ada dari perwakilan dinas dan Babinsa yang hadir saat itu di rumah Konjon.
"Dan hadir juga Bapak Subagyo Koordinator se-Kabupaten Bogor, Bapak Subagyo profesinya sebagai dosen perikanan yang alamatnya di Cikaret, dan Dirutnya namanya Salamon Kholik, karena ini amanat masyarakat yang notabene para petani, saya sudah mendatangi alamat PT TNI yang di Jalan Putri Tunggal Cimanggis, kantor tersebut ada tapi sudah ditempati oleh orang lain," jelasnya.
Masih kata Yayang, merasa dibohongi karena dirinya sudah mengeluarkan uang yang sangat besar berharap, PT TNI mau bertanggung jawab, karena saat itu menurutnya Bapak Subgyo mengatakan tanggal 21 April bertepatan dengan hari Kartini para petani di undang Ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) menurutnya ini hajat besar dirinya berani mengeluarkan uang untuk membuat pertemuan dirumahnya.
"Saya adakan organ tunggal dengan biaya 10 juta, dan saya siapkan bus dari uang pribadi saya untuk berangkat ke TMII, karena saat itu Subagyo mengatakan Ibu Tutut akan hadir dan menjelaskan PT TNI. Ternyata omongan beliau (Subagyo -red) bohong, yang katanya ongkos akan diganti sampai saat ini tidak ada penggatian," imbuhnya.
Tepat tanggal 21 April, acara yang kata Subagyo itu ternyata tidak ada, lanjut Yayang, padahal semua sudah siap dengan segala persiapan, sesampai di TMII dirinya dilarang masuk, sempat terjadi benturan fisik anatara dirinya dan anggota, karena mereka merasa ditipu oleh Bapak Subagio.
"Dengan kejadian ini membuat petani benci sama saya, karena mereka terasa tertipu oleh PT TNI, sangat merugikan petani, saya mau melapor ke polisi saya sadar banyak keterbatasan, kerugaian yang saya alami dari mulai pertama saya merekrut sampai persiapan pertemuan ke TMII sekitar Rp120 juta rupiah, jangankan diganti rugi, komunikasi saja sulit, telepon mereka semua tidak aktif, maksud saya bantu saya karena mereka membawa - bawa keluarga cendana untuk sosialisasinya. Saya berharap PT TNI harus bertanggung jawab kepada para petani, karena doa orang miskin sangat manjur doanya," pungkasnya.
(khr/b/sal)