Senin, 22 Desember 2025

Gara-gara Perumahan, Budidaya Gurame Anjlok

- Senin, 3 Juli 2017 | 09:44 WIB

CISEENG – Gurami merupakan salah satu komoditas primadona ikan air tawar. Segmentasi pasarnya yang sedikit berbeda, nilai ekonominya yang tinggi dan harganya yang relatif stabil menjadi alasan banyak yang membudidayakan ikan bernama Latin Osphronemus goramy ini.

Di kawasan Jabodetabek sendiri, sentra budidaya ikan gurami ini terdapat di wilayah Ciseeng. Namun, kini kedigdayaan Ciseeng dalam memproduksi gurami semakin merosot. Apa penyebabnya?

Menurut Julius Tirta Sengjaja, salah satu pembudidaya gurami di Ciseeng, hal tersebut terjadi lantaran daya dukung lingkungan yang menurun, seperti ketersediaan air yang mulai berkurang terlebih ketika musim kemarau tiba.

Julius mengatakan, persoalan air yang kurang tersebut disebabkan semakin banyaknya bangunan perumahan  sehingga daerah resapan air berkurang.

“Dahulu (budidaya gurami) tidak bermasalah, walaupun pernah kemarau tujuh bulan. Sekarang panas dua minggu saja air mengalirnya tiga hari sekali di saluran pengairan,” ungkapnya kepada wartawan, kemarin.

Ia berujar, tahun lalu, ketika musim kemarau tiba, kolam guraminya juga terkena musibah kekeringan. Alhasil, kini ia pun mengantisipasi kejadian serupa dengan membuat kolam penampung air beralaskan semen seluas 1 hektar.  Cara itu merupakan strateginya untuk meredam penyusutan air ketika kemarau menerjang.

Julius menambahkan, di luar faktor alam, semakin berkurangnya pembudidaya gurami di Ciseeng sendiri adalah akibat perputaran uangnya yang cukup lama.

“Perputaran uangnya bisa 9-10 bulan, beda dengan komoditas lele, nila atau bawal yang perputaran uangnya lebih cepat. Itu artinya dibutuhkan modal yang cukup besar,” pungkasnya.

 

(jtn/sal)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X