CISEENG – Tingginya permintaan hunian di wilayah Kabupaten Bogor mendorong maraknya alih fungsi lahan pertanian untuk pemukiman yang dapat berimbas negatif untuk lingkungan.
Pengamat yang juga dosen perguruan swasta di Tangerang yang tinggal tak jauh dari kawasan perumahan di Ciseeng, Nadia Kumala Sari, mengatakan bahwa alih fungsi lahan pertanian untuk pembangunan perumahan akan memberikan dampak yang cukup besar. Saat ini sudah banyak lahan pertanian di Kabupaten Bogor yang telah dikonversi menjadi hunian.
“Setiap tahun lahan pertanian turun puluhan ribu hektare. Lahan pertanian hilang karena perkembangan kawasan kota. Sekarang bisa dilihat di beberapa kecamatan, seperti Kemang, Rancabungur, Ciseeng dan Parung lahan pertanian mulai berkurang,” katanya.
Nadia mencontohkan di beberapa wilayah banyak lahan pertanian yang dijadikan perumahan, sehingga mendorong pengambilalihan lahan hutan untuk pertanian. Hal itu kemudian menyebabkan sejumlah bencana alam seperti banjir dan longsor. Selain itu, Jakarta dan kawasan penyangga, seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, juga sudah memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi.
“Kabupaten Bogor sudah padat dan banyak investor yang ingin mengadu peruntungan dengan berbisnis properti. Cuacanya yang tidak terlalu panas menjadi daya tarik konsumen untuk memiliki hunian di sini. Tapi saya ingatkan jangan ada penyalahgunaan aturan, karena banyak permintaan lahan pertanian yang disikat,” tukasnya.
Nadia pun menyarankan pembangunan tempat tinggal difokuskan ke arah vertikal seperti apartemen dan rumah susun.
(dyn/b/sal/py)