Senin, 22 Desember 2025

Rajin Gelar Pertemuan, Patungan Penuhi Kebutuhan Petani

- Rabu, 10 Januari 2018 | 10:31 WIB

-

Rancabungur, kaya akan potensi sumber daya alam (SDA). Dahulu, wilayah ini terbentang hamparan ladang persawahan luas. Hektarean ladang padi terbentang, bahkan hasil panen tanaman pokok penduduk Indonesia tersebut bisa menutupi kebutuhan masyarakat se-Kabupaten Bogor.

Laporan : Mardiyono

Tapi, sayang tahun ke tahun wilayah tersebut mulai terkikis, karena dijual. Lantaran kebutuhan ekonomi petani yang mendesak. Lahan penghasil itupun punah, karena didirikannya bangunan permanen untuk dijadikan kawasan padat penduduk.

Itulah, benang merah permasalahan yang pertama kali ditimbulkan dan dirasakan petani. Yakni, tidak adanya perhatian pemerintah. Hal itu pula yang mulai menggoyang prinsip masyarakat agraria menjadi penonton di negeri sendiri khususnya di wilayah Kecamatan Rancabugur, belahan bumi bagian utara Kabupaten Bogor. Sehingga, tak sedikit petani yang kehilangan mata pencaharian hingga kehidupan sehari-hari mereka tidak sejahtera lagi.

Kendati begitu, tujuh wilayah desa di Kecamatan Rancabungur masih menyisakan cerita. Seperti di Desa Pasirgaok, petani di wilayah tersebut masih berjibaku, agar lahan persawahan milik warga tetap dipertahankan dan tidak terjual. Seperti yang diungkapkan Ketua Gapoktan Desa Pasirgaok Ucup.

Menurutnya, untuk tetap bersatu pihaknya sering mengadakan perkumpulan dengan para petani. Dipertemuan itu, kata Ucup membahas mengenai masalah yang menyangkut pertanian. “Ya, seminggu dua kali. Kalau tidak ada bantuan kami patungan supaya kebutuhan petani tetap tercukupi,” ujarnya kepada Metropolitan Selasa (9/1) kemarin.

Masih kata Ucup permasalahan yang timbul karena tidak adanya perhatian pemerintah. Sehingga, setiap masalah yang ada tidak selesai-selesai. “Akibatnya, ya dijual. Yang tadinya milik sendiri jadi buruh (pekerja dilahan orang lain, red). Bahkan, ada yang mengganggur. Karena itu, dengan adanya perkumpulan ini lahan pertanian bisa tetap dipertahankan,” terangnya.

Saat ini, lanjut dia lahan yang masih ada di Desa Pasirgaok dialih fungsikan untuk tanaman palawija. Keputusan itu, dilatarbelakangi karena tanaman padi bisa panen enam bulan sekali. “Setidanya, kalau palawija tiga bulan sekali untuk masa panennya. Sehingga, menutupi kebutuhan di rumah. Sekalipun, kehidupan (faktor ekonomi) petani masih belum meningkat," tukasnya.

(dyn/yos/b/sal)

SUMRINGAH : Seorang petani Desa Pasirgaok terlihat sumengriah walau kehidupan petani diwilayah tersebut pas-pasan, lantaran tidak adanya perhatian pemerintah.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X