Senin, 22 Desember 2025

Lahan Pertanian di Desa Perung Menghilang

- Rabu, 18 April 2018 | 08:54 WIB

-

PARUNG Desa Parung Kecamatan Parung kini sudah kehilangan ciri khasnya sebagai desa pertanian. Seiring dengan berjalannya waktu kini desa yang berada di jantung Kecamatan Parung menjelma sebagai kota yang padat. Itu terlihat dari padatnya pemukiman dan keberadaan pertokoan dan pusat perbelanjaan.

Menurut salah seorang warga Desa Parung Inay (30), sekarang ini Desa Parung sudah kehilangan ciri khasnya sebagai desa pertanian, beda dengan dulu. Sekarang kondisi Desa Parung banyak pertokoan yang berjajar seakan tidak memberikan celah sedikitpun kepada petani untuk bercocok tanam.

“Hilangnya lahan pertanian menyebabkan buruh tani kehilangan pekerjaan dan harus meninggalkan desanya untuk bekerja di kota. Tidak semua warga mau untuk meninggalkan desanya. Banyak yang masih tinggal di Parung dengan menjadi kuli di pasar,” ungkapnya kepada Metropolitan, kemarin.

Sementara warga lainnya Feri (41) menuturkan, banyak orang-orang muda, terutama yang dulunya buru tani sekarang menjadi kuli di Pasar Parung. Mereka tetap bekerja keras meskipun hasil yang mereka dapat jauh dari kata cukup.”Banyak sekali masyarakat yang menjadi pengangguran dari hilangnya lahan pertanian ini. Hanya orang-orang lanjut usia saja yang bertahan dengan mencari kesibukan yang berhubungan dengan tani. Menurut mereka, sejak dulu mereka sudah biasa dengan kehidupan bertani, jadi ketika kegiatan mereka sebagai petani harus disudahi, jelas mereka kurang nyaman,”ujarnya.

Feri menambahkan hilangnya lahan pertanian di Parung ini dari tahun 1984. Dan sekarang Parung keadaannya semakin ramai dan padat penduduknya, sangat jauh berbeda dengan dahulu.

Sementara Pedagang Pasar Parung Royadi (50) harus memasok dagangan dari luar Parung. Karena

warga bertani hanya dengan memanfaatkan pekarangan rumah, mulai dari menanam pisang, ubi, atau palawija lainnya yang kemudian hasilnya akan dijual ke pasar. Pedagang-pedagang Parung sekarang ini juga harus memasok barang dagangan dari pasar induk di Jakarta, padahal dulu banyak warga yang menjual hasil panennya langsung ke pasar. “Bahwa hanya sebagian kecil masyarakat yang menjual hasil panennya ke pasar langsung, itu pun masih sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” pungkasnya.

(khr/b/sal)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X