Pandemi Covid-19 memberi dampak pada semua sektor, tak terkecuali pendidikan. Adanya instruksi untuk melakukan kegiatan sekolah dan perkuliahan dari rumah dengan sistem daring (online/e-learning) atau bentuk penugasan lainnya, dirasakan seluruh peserta didik. Termasuk mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) dan Politeknik EnjiniringPertanian Indonesia PRAKTIS, aktivitas mahasiswa pun berubah dan harus menyesuaikan kondisi di tengah wabah corona. Tia Maulida Julia salah satunya, mahasiswi Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan Polbangtan Bogor ini terpaksa menghentikan tugas akhirnya di Kecamatan Mande, Cianjur. Ia pulang ke rumahnya di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Desa Gobang merupakan salah satu desa yang berpotensi tanaman pangan, terutama padi. Akan tetapi, sekitar 90 persen lahan di Desa Gobang merupakan lahan tadah hujan, sehingga petani selalu mengalami kekeringan karena adanya keterbatasan ketersediaan air, apalagi tidak ada saluran irigasi.”Inilah yang menyebabkan tingkat produktivitas pertanian lahan sawah tadah hujan secara umum rendah,” ungkapnya. Petani milenial ini pun mulai berpikir keras, mencari solusi atas permasalahan petani di desanya. Akhirnya ia mene mukan ide untuk mengenalkan teknologi IPATBO kepada petani agar lahan sawah tadah hujan bisa berproduksi secara optimal. ”IPATBO adalah kependekan dari Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik,” jelasnya. IPATBO merupakan paket teknologi khusus untuk budidaya padi di lahan tadah hujan dengan menerapkan sistem produksi yang memanfaatkan potensi biologis, manajemen air dan tanaman serta penggunaan bahan organik dalam pemupukannya untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi dan peningkatan Indeks Pertanaman (IP) per tahun suatu lahan, sehingga lahan sawah tadah hujan tersebut.bisa berproduksi secara optimal. Tia pun mendapat dukungan dari penyuluh Desa Gobang, Dedi Satria. ”Saya sangat terbantu dengan kehadiran Tia, dia benar-benar menerapkan ilmu pertaniannya yang pernah dipelajari selama di kampus,” ujarnya. Hal senada diungkapkan Ahmad Sarwan dan Maemunah, anggota Kelompok Tani Bina Sugih Desa Gobang Kecamatan Rumpin. Keduanya baru saja didatangi Tia saat bertani di lahan tadah hujannya. Sarwan mengaku puas dengan penjelasan Tia. ”Neng Tia sangat kreatif. Penjelasannya tentang IPATBO sangat rinci, apalagi sambil bagi-bagi leaflet ke kami. Jadi bisa kami bawa pulang untuk dibaca lagi,” ucapnya. Maemunah berharap, teknologi IPATBO ini berhasil diterapkan di sawah miliknya. ”Kalau ini berhasil akan saya sebarkan ke teman-teman petani lainnya,” pungkasnya. (mdk/els/py)