Senin, 22 Desember 2025

Bogor Masih Termasuk Daerah Intoleransi

- Jumat, 17 Juli 2020 | 10:59 WIB

Keragaman corak suku bangsa, sosial politik, paham pemikiran hingga keyakinan menjadi perhatian Barikade Gus Dur Bogor Raya. Wadah perkumpulan masyarakat nonpemerintah itu menggelar Dialog Kebangsaan yang diikuti berbagai tokoh lintas agama dan keyakinan di Rumah Singgah Kiai Ahmad Suhadi, belum lama ini. TOKOH Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Bogor Kiai Abdullah Shomdani didaulat menjadi pembicara utama dalam giat tersebut. Lalu ada pula tokoh Majelis Agama Konghucu Indonesia (MAKIN) Kabupaten Bogor JS Eeng Havendi dan tokoh Ahmadi­yah Kabupaten Bogor Mau­lana Basuki Ahmad. Ketua Barikade Gus Dur Bogor Raya Ahmad Suhadi mengatakan, Dialog Ke­bangsaan digelar sebagai bentuk sumbangsih pemiki­ran dari para pemuka agama untuk meminimalisasi ter­jadinya tindakan intoleran atas yang mengatasnamakan agama. “Karena hal ini masih kerap terjadi dan membuat Bogor menjadi daerah pering­kat kesepuluh intoleransi secara nasional,” ujar Suhadi. Ia menambahkan, adanya sikap dan gerakan intoleran sesungguhnya hanya mem­bawa masyarakat pada alur pemikiran dan gerakan yang kontra produktif. Apalagi jika dikaitkan dengan paham mo­derat keagamaan yang dimi­liki sebagian besar masyara­kat Kabupaten Bogor. Sementara itu, Abdullah Shomdani dalam pemaparan­nya bertema ’NU sebagai Or­mas Pengawal NKRI’, menje­laskan adanya tindakan pe­maksaan satu kehendak, keyakinan dan paham keaga­maan adalah tindakan into­leran dan merupakan sebuah penyimpangan. “Pemaksaan keagamaan atau keyakinan merupakan penyimpangan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Karena setiap keyakinan dan agama apa pun yang dianut setiap orang ha­rus dihargai sebagai pilihan pada setiap individu umat manusia,” katanya. Sedangkan JS Eeng Havendi dari MAKIN mengatakan, saat ini sikap toleransi dirasakan menurun. Padahal dahulu nilai toleransi sangat tinggi dan sangat dirasakan keindahan dan kebersamaannya. “Tole­ransi itu bukan untuk saling memengaruhi umat lain untuk berpindah dari agama yang dianutnya ke keyakinan agama lain. Biarlah agama menjadi pilihan pribadi (privasi, red) seseorang kepada Tuhan,” pungkasnya. (khr/c/els/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X