Pandemi Covid-19 telah membawa dampak signifikan terhadap menurunnya penghasilan dari sebagian besar masyarakat Indonesia. Meski beragam bantuan datang, dibutuhkan usaha yang terus-menerus untuk bertahan hidup. Hal itu menjadi perhatian Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Bogor sehingga menggelar pelatihan khusus untuk penyandang disabilitas. Kepala Dinsos Kabupaten Bogor Mustakim mengatakan, di masa PSBB New Normal ini, pemerintah punya program pemulihan ekonomi untuk meningkatkan gairah berusaha warga di berbagai sektor. Secara bertahap sudah menyalurkan Bantuan Modal Usaha (BMU), baik bagi pengusaha skala UMKM sampai pengusaha di sektor pariwisata. ”Penyandang disabilitas netra yang kebanyakan bekerja di sektor pelayan jasa memijat, sejak April tidak bisa beraktivitas bekerja seperti biasanya,” kata Mustakim kepada Metropolitan. Ia menyebut hal itu tentunya menjadi beban hidup yang harus ditanggung. Meski ada di antara mereka yang beralih menjadi penjual kerupuk kulit keliling untuk mendapatkan uang Rp20 ribu sampai Rp30 ribu setiap hari dan meski bantuan sembako telah mereka terima, mereka tetap membutuhkan biaya tambahan untuk mengolahnya. ”Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Dinsos melaksanakan bimbingan pemulihan ekonomi bagi penyandang disabilitas tunanetra yang terdampak pandemi Covid-19, selama dua hari di BKS Citeureup,” beber Mustakim. Mustakim menjelaskan kegiatan ini merupakan bentuk komitmen bupati dan wakil bupati Bogor, yang dituangkan dalam Pancakarsa. Khususnya Karsa Bogor Maju, dalam meningkatkan kesejahteraan sosial penyandang masalah kesejahteraan sosial. Melalui kegiatan ini diharapkan mereka tumbuh kembali rasa percaya diri dan pulihnya semangat untuk berusaha. ”Karena betul-betul selama delapan bulan mereka hilang pekerjaan, tetapi hidup harus tetap berjalan. Insya Allah mereka juga akan mendapatkan bantuan suntikan modal sebesar Rp2.5 juta per orang, melalui sistem cash transfer ke rekening masing-masing,” pungkas Mustakim. Terpisah, Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dian Mulyadiansyah menambahkan, peserta kegiatan ini berjumlah 40 orang, sesuai alokasi yang tersedia. Jika dilihat data, penyandang tunanetra sendiri yang terdaftar di Pertuni maupun ITMI berjumlah 420 orang. ”Masih ada penyandang disabilitas lainnya yang belum tersentuh kegiatan dan membutuhkan penguatan modal usaha,” tanas Dian. (mul/c/els/run)