Prihatin dengan ketergantungan petani terhadap pupuk kimia, warga Kampung Kemang, Gang Mangga, RT 04/01, Desa Kemang, Kecamatan Kemang, Saad, mengembangkan pupuk organik dan media tanam dari kotoran kelinci. Pengembangan itu dilakukan sejak satu tahun lalu. BERAWAL dari ternak kelinci dan memiliki ratusan kelinci bermacam jenis anakan, kotorannya dikumpulkan sebagai bahan pupuk. Berawal dari iseng, semua diolah sendiri tapi hasilnya sangat memuaskan karena bisa membantu ekonomi warga sekitar. Saad dibantu empat pekerjanya pun terus melebarkan sayap usahanya di bidang pupuk organik. “Pertama, saya memproduksi kotoran dan urine kelinci saja. Kotoran kelinci mengandung unsur N, P, dan K. Paling tinggi ketimbang kotoran ternak lain. Kandungan ini sangat bagus untuk pertumbuhan tanaman,” katanya kepada Metropolitan. Merasa belum puas, Saad mencoba mengembangkan pupuk organik kotoran dan urine menjadi pupuk media tanam. “Setelah saya mencoba, ternyata permintaan untuk media tanam ini sangat bagus,” ujar Saad. Dari usahanya itu, setiap hari Saad mampu memproduksi 300–500 kantong media tanam untuk dijual secara online maupun diantar langsung ke pelanggan. Banyak juga permintaan dari luar Jabodetabek, seperti Solo dan kota- kota lainnya. Dengan kemasan yang menarik dan bahan pembuatan pupuk media tanam yang berkualitas, membuat permintaan setiap harinya meningkat. “Untuk bahan pembuatan media tanam saya menggunakan, sekam bakar, akar pakis andam, cocopet, serbuk gergaji, dan yang spesialnya dicampur kotoran dan urine kelinci yang sudah difermentasi,” katanya. Pupuk dan media tanam berlabel Citra Organik itu berkembang di bawah naungan PT Media Taji Anak Bangsa. ”Untuk toko atau penjual pupuk saya jual Rp7 ribu per kantong. Tapi untuk pemakai langsung Rp10 ribu per kantong,” pungkasnya. (khr/c/ els/run)