Akibat anjloknya harga telur membuat ribuan ayam dipaksa berpuasa. Hal itu bertujuan mengurangi produksi telur karena harga pakan yang cukup tinggi. HARGA telur yang cukup murah membuat beberapa pengelola peternakan merasa rugi. Mereka melakukan beberapa cara agar ternak lokal bisa bertahan hingga tidak merumahkan karyawannya yang sudah lama bekerja. Hal itu dibenarkan peternak lokal yang berada di Desa Tamansari, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Salah seorang pekerja, Wawan, menyebut bahwa peternak menjual telurnya per kilogram dari mulai harga Rp14 ribu hingga Rp15 ribu. ”Anjloknya harga telur ini memang sudah terjadi tiga minggu belakangan ini,” kata Wawan. Ia menuturkan, sebelumnya pada saat normal, peternak menjual dengan harga Rp19 ribu hingga Rp20 ribu per kilogramnya. Namun dengan adanya anjlok harga telur ini, peternak rugi Rp5 ribu per kilogramnya. ”Anjloknya harga telur ini bukan hanya harga pakan yang melonjak, tapi diperparah dengan daya jual-beli dari masyarakat yang berkurang,” terang Wawan. Untuk menyiasatinya, ia mengaku terpaksa membuat ayam-ayam puasa selama dua minggu. Setelah itu baru dikasih pakan lagi untuk bertelur. ”Tingginya harga pakan ternak dan jual-beli masyarakat, salah satu cara harus memuasakan ayam. Meski produksi telur berkurang, tapi tetap bertahan,” ucapnya. Menanggapi hal itu, pedagang telur di Pasar Parungpanjang, Mulyana, menyebut harga telur masih stabil. ”Saat ini, harga di pasar masih normal. Di kisaran harga Rp24 ribu per kilogramnya. Bahkan termasuk harga bahan pokok lainnya masih normal,” tandas Mulyana. (mul/c/els/ run)