METROPOLITAN - Rencana pembangunan jalan khusus tambang yang melintasi Kecamatan Rumpin, Parungpanjang, dan Gunungsindur, sampai saat ini masih belum jelas realisasinya. Padahal, keberadaan jalan khusus tambang itu kebutuhan mendesak sebagai solusi permanen menuntaskan konflik antara warga tiga kecamatan dengan pengusaha angkutan dan galian. Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Bogor Permadi mengatakan, soal pembangunan jalur tambang saat ini sudah dibuatkan Detail Engineering Design (DED). Namun, pembangunan tersebut terhalang masalah keuangan yang dialokasikan pada penanganan Covid-19. ”Karena pada 2022, APBD provinsi dan APBD kabupaten banyak tersedot penanganan Covid-19,” kata pria yang akrab disapa Dalung itu. Ia berharap setelah itu lebih cepat. Sebab, kebijakan tersebut berada di Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat. Selain itu, soal site plan juga sudah ada di Dinas ESDM. ”Alasan dari ESDM memang pandemi, sehingga anggarannya digeser untuk penanganan Covid-19,” terang Permadi. Permadi juga berharap pembangunan jalur tambang ini segera direalisasikan. Sehingga para pelaku tambang sudah membayar pajak. Namun, untuk teknisnya, ia mengaku tak mengetahuinya. ”Nantinya saat pembangunan tersebut akan diserahkan ke pihak ketiga atau pemerintah,” ujarnya. Ia menyebut anggaran 2022 masih defisit, tetapi masih dibahas. Ia berharap pembangunan jalur tambang itu direalisasikan pada 2022. ”Tapi kan 2022 anggaran defisit juga. Belum bisa menganggarkan. Itu kan janji gubernur, jadi anggarannya dari provinsi,” katanya. Sebelumnya, Bupati Bogor Ade Yasin mengungkapkan hal tersebut saat berdialog dengan Gubernur Ridwan Kamil di acara kopi darat (kopdar) bersama 27 kepala daerah se-Jawa Barat, Selasa (30/11) lalu. ”Rumpin, Parungpanjang, dan Gunungsindur sudah rindu akan adanya jalan khusus angkutan tambang. Makanya saya menanyakan langsung ke Kang Emil, sebagai orang nomor satu di Jawa Barat, soal kelanjutan rencana pembangunan jalan khusus tambang,” kata Ade Yasin. Selama jalur tambang belum terealisasi, kemacetan parah di ruas jalur yang ada di tiga kecamatan sulit terurai. Sementara ini, yang bisa dilakukan Kabupaten Bogor yaitu mengatur jam operasional truk angkutan tambang. “Namun, muncul masalah baru, yakni banyaknya truk tambang parkir di bahu jalan sehingga menimbukan kemacetan baru lantaran badan jalan menyempit. Namun, kebijakan itu alhamdulillah bisa menekan angka kecelakaan yang kerap terjadi di jalur-jalur yang dilintasi truk angkutan tambang,” jelasnya. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku pemerintah provinsi sedang berupaya mencari investor yang mau membangun jalan khusus angkutan tambang. Jalan khusus angkutan tambang itu merupakan solusi permanen mengurai kemacetan di Rumpin, Parungpanjang, dan Gunungsindur. ”Studi kelayakan atau feasibility study sudah beres. Bahkan dari sisi bisnisnya juga baik atau menjanjikan. Nah, sekarang kami sedang mencari investornya. Karena modelnya Business to Business atau B to B, jadi bisa oleh swasta terhadap swasta,” terang Ridwan Kamil. Kang Emil, sapaan akrabnya, mengaku jika tidak ada halangan dalam hitungan bulan akan ada investor, baru setelah itu masuk pengerjaan fisik jalan. Ini sesuai komitmen bupati Bogor dan Pemprov Jabar. ”Hal itu untuk mengatasi permasalahan yang sudah berlangsung bertahun-tahun dan merenggut banyak jiwa,” tandasnya. (mul/c/els/run)